Penulis: @Luthfiham
Sejak berdiri dan pertama kali dipimpin oleh pakdhe Dasri Mahmud, PMII Rayon Ekonomi “Moch. Hatta” telah melakukan tujuh belas kali pergantian kepengurusan.
Menginjak usia ‘remaja’, sejarah yang terjalin juga semakin panjang. Banyak capaian penting telah diraih, banyak kader ‘lulus’ dari khidmah-nya dengan bekal yang cukup baik. Tapi, lebih banyak tantangan kedepan, memasuki fase baru zaman yang diidentifikasi serba disruptif.
Apalah namanya Revolusi Industri jilid empat, zaman serba digital dan internet, yang tentu bakal (telah) menggeser rutinitas tradisional organisasi seperti: diskusi lesehan, aksi seremonial, demonstrasi massa, dan pewarisan sejarah secara verbal. Digantikan obrolan grup Whatsapp, clicktivism dan menulis di berbagai portal online.
Minggu kemarin (04/08), seratus tujuh puluh tiga kader dilantik menjadi pengurus rayon periode 2019-2020. Jumlah ‘terbanyak’ dibanding tahun-tahun sebelumnya. Mereka, bisa jadi, sekelompok ‘aktifis’ yang karakter dan cara pandangnya terhadap ‘dunia’ telah benar-benar beda dari para pendahulunya, di organiasasi yang sama.
Apapun itu, prinsip saya sederhana: ‘karena terlanjur ada, maka wajib hukumnya dijaga keberlangsungannya’.
Kehadiran dan orasi abah Muhtadi Ridwan, misalnya, bukan sekedar mengulas romantisme sejarah pergerakan pada zamannya, lebih dari itu, beliau coba mentransmisikan prinsip fundamental bagi warga pergerakan: idealis, berani, cerdas, konsisten, dll.
PMII “Moch. Hatta” tentu perlu ikut menjawab skeptisisme (keraguan) berbagai kalangan terhadap urgensi keberadaan organisasi ideologis-tradisional-islam di era 4.0 ini. Tajdid (pembaharuan), inovasi, atau penerapan kaidah ‘wal-akhdzu bil jadiid al-ashlah’ harus rutin digalakkan. Sambil tetap merawat tradisi, nilai dan sistem yang baik, yang telah ada sebelumnya.
Selamat berproses.