Saya baru saja nonton presentasi dari seorang psikiatri bernama Robert Waldinger di channel Youtube TED. Presentasi berjudul “What Makes a Good life?” bersumber dari sebuah studi panjang dari Harvard Study of Adult Development. Ini mungkin studi/riset terlama tentang kehidupan remaja yang pernah dilakukan. Selama 75 tahun, empat generasi peneliti melakukan studi kepada 724 pria. Setiap tahun sejak 1938 masing-masing responden ditanya tentang pekerjaan, rumah tangga, kesehatan dan lain-lain. .
Ada tiga temuan utama. Pertama, orang yang lebih terhubung secara sosial terhadap keluarga, komunitas dan teman akan lebih bahagia, lebih sehat dan berumur lebih panjang. Kesepian (loneliness) sangat berbahaya bagi kesehatan psikis, bisa-bisa ia ‘membunuhmu’. Kedua, hubungan bukan hanya tentang seberapa banyak kenalan atau sahabat yang anda miliki, tapi tentang seberapa berkualitas hubungan yang terjalin. Hubungan dengan suami/istri yang bekualitas bisa jadi pelindung saat menua dan masuk masa-masa sulit. .
Ketiga, hubungan yang baik tidak hanya melindungi tubuh, tapi juga melindungi otak. Responden penelitian di usia 80-an dan memiliki pasangan yang bisa diandalkan serta ikhlas merawat mereka diketahui punya daya ingat lebih tajam dibanding yang tidak. .
Temuan riset ini mungkin jamak diketahui. Di akhir presentasi Waldinger juga berkata demikian. Kita familiar dengan istilah ‘silaturrahmi dan silaturrahim’ yang seremonialnya rame sebentar lagi saat lebaran. Hanya kebanyakan orang terjebak pada pikiran bahwa untuk bahagia dan sehat cuma butuh dua faktor praktis berupa ‘uang dan keterkenalan’. Tentu uang juga penting, saya pernah nemu studi dari Ronald Inglehart, et al (2000), yang bilang bahwa “Secara umum, semakin banyak uang yang bisa dibelanjakan untuk barang dan jasa, otomatis semakin bahagia” .
Simpulan saya: Ibarat bersepeda, bahagia ‘dikayuh’ dalam jangka panjang dengan interaksi dan momen berkualitas bersama orang-orang yang kita kenal. Dengan berjumpa langsung atau melalui piranti smartphone dan medsos seperti zaman now. Chairil Anwar pernah menggubah sajak terkenal: “Mampus kau dikoyak-koyak sepi.”
Chairil mewakili bagaimana runyam kesepian. Tanpa hubungan yang berkualitas, anda bisa saja terus kesepian saat dalam keramaian berkumpul dengan sahabat atau sedang bersama pasangan anda. Bagi yang masih jomblo, cari dan hiduplah kelak bersama partner yang bisa diandalkan, yang ikhlas merawatmu saat menua, menghadirkan kebahagiaan dan tidak terjebak (atau menjebak diri) dalam konflik, pertengkaran dan cekcok yang tiada ujung. Terakhir, quote terbaik saya: “Hidup wajib bahagia, sebab setelahnya kita tidak pernah tahu bagaimana.”