Merokok itu sehat gak sih? Rokok itu halal gak ya? (Lha Kyai saya saja merokok, masak rokok itu haram) Bener gak dengan merokok kita membantu penghidupan petani tembakau? (Kalau sewaktu-waktu seluruh pabrik rokok dicabut izin beroperasinya, apa gak ada olahan lain komoditas pertanian tembakau selain rokok-kretek). Lalu buruh pabriknya yang jutaan dan berseragam itu bagaimana nasibnya?

Bener gak citra diri perokok jadi mirip cowok dan cewek di iklan yang~~~(macho, pemberani, penyuka tantangan, sukses, elegan)?

Lalu, bener gak perokok pasif lebih buruk dampak kesehatannya daripada perokok aktif? (Jadi, sekalian yang pasif diaktifkan, untuk mengurangi dampak buruk di kesehatannya) Bener gak pemilik perusahaan rokok itu malah gak merokok, dan ngguyoni kalau produk mereka itu cuma buat kalangan yang gak bisa baca? (mirip yang tersebar di grup-grup whatsapp)

Itulah pertanyaan-pertanyaan fundamental yang mengiringi alam pikiran perokok. Sejak lama tentu saja. Pertanyaan dan jawaban klise yang jawabannya bakal itu-itu saja. Tergantung konsumsi dan kelompok afiliasinya. Sudah menjadi debat bersejarah hidup manusia Indonesia. Mirip pertanyaan: ayam dulu, atau telur dulu. Teori penciptaan atau teori evolusi. Atau agama mana sih dia antara tiga itu yang paling berhak atas Al-Quds, Palestina?

Pertanyaan yang ketika kiamat kurang sehari baru ditemukan jawabannya.

Tapi, apapun afiliasi ormas anda hadirin pembaca, sudah merokok atau masih niat memulai, kami hadirkan tips atau kiat sukses, ampuh 1000 persen, untuk berhenti merokok:

Pertama, Jangan sekali-sekali beli rokok di warung atau minimarket! Inilah gerbang jebakan minimarket dan toko kelontong. Pas anda belanja, tau gak kenapa sembako, beras, minyak goreng dan telur, ditaruh dibelakang, sementara SariRoti di depan kasir dan rokok dibelakang pundak penjaga kasir. Ya, pas berhadapan dengan anda ketika mau membayar belanjaan. Tidak lain, supaya anda membeli produk yang semula nggak anda rencanakan. Seolah melambai-lambai kepak sayap puluhan merek rokok itu menarik minat anda sambil bilang: “Kamu kalau selesai makan pakai telur yang kamu beli itu, cocoknya yaa merokok. Surya tentu saja.”

Perkuat diri dan jangan tergoda di momen sepersekian menit itu, mending nonton wajah mbak-mbak kasir yang unyu.

Kedua, Kalau ditawari rokok gratisan pas nongkrong, ngopi, slametan atau mendaki gunung, jangan di pegang dan jangan dinyalakan.!  Mudah bukan. Kalau dijebak demi keakraban, bilang: “Rayuan amatiran.  Bill Gates dan Steve Jobs yang saingan perusahaan paling gedhe di dunia saja bisa akrab. Walaupun sering sikut-sikutan. Akrab juga tanpa media rokok. Bukan berarti kalau kamu ngerokok dan saya nggak, terus kita berhenti jadi teman, bukan”

Maknyusss bukan?

Ketiga, Pindah mazhab. Ini kiat sukses khusus mereka yang mendapat pembenaran untuk merokok sebab tau ada ulama yang menghukumi merokok itu mubah dan makruh. Pindah mazhab atau afiliasi saja ke ulama, ke ormas atau ke komunitas yang mengharamkan rokok. Setelah pindah mazhab, otomatis anda sadar mengkonsumsi barang haram itu dosa. Dan otomatis juga, dosa sama dengan neraka. Pindah mazhab-nya yaa pada hukum rokok saja, masalah doa qunut, tata cara shalat, dan bid’ah tetap ke mazhab yang lama. Pragmatis saja, orang jaman now juga pragmatis semua kok. Heuheu.

”Tapi, boleh gak yang begitu…?”

“Perlu dipelajari lagi lur… Takbir..!”

Keempat. Tanamkan sejak dalam pikiran bahwa merokok adalah sumber ketimpangan sosial-ekonomi. Ini tips maknyuss buat para pegiat sosial. Yang identitas komunalnya berupa kopi dan rokok. Tapi tema gerakannya: no poverty, menghapus ketimpangan social-ekonomi, anti dominasi korporasi, dan anti akumulasi modal dari kapitalis. Tahukah anda kalau orang terkaya pertama dan ketiga (Forbes 2017) di bumi nusantara adalah: Budi dan Michael Hartono juga Susilo Wonowidjojo.

Ironisnya, mereka jadi kaya sebab sebungkus dua bungkus rokok hasil ngayuh tukang becak, hasil wira-wiri guru SD, hasil panen petani-petani yang tanahnya lagi rame digusur untuk bandara dan pabrik semen. Ada gak advokasi dari pabrik rokok untuk mereka ketika dipaksa pindah? Setidaknya sebagai tanda terimakasih telah menjadi konsumen loyal produk selama puluhan tahun?

Ironi. Harta mereka 32 koma sekian miliar dollar AS, sementara pelanggannya merokok sambil dalam setiap hisapan panjangnya terpikir: ‘anak bojoku mangan opo sesuk lur? Pasar sepi, sawah keno gusur, becak kalah ro ojek online, kerjo parkir kalah ro parkir elektronik.’

Santai saja. Merokok ataupun tidak, semua manusai toh akan mati juga.

Tembakau ini gak bisa yaa dijadikan sebagai alternatif energi, sebagai biopestisida , obat diabetes, antibodi,  anti kanker, serta produk farmasi lainnya?