Sebagaimana tidak ada tim lawan yang bisa membendung Cristiano Ronaldo untuk mencetak jumlah gol di atas 50 biji dalam tujuh musim terkahir, jumlah yang mengantarkan blio menjadi salah satu yang terbaik di jagat. Manusia juga belum (selalu gagal) mampu membendung 3 hal berikut:
Pertama
Pertumbuhan jumlah populasi manusia. Sebuah tayangan di channel National Geographic beberapa hari lalu menampilkan kesedihan ilmuwan asing ketika meneliti di hutan hujan tropis Kalimantan:
“Sungguh ironis ketika populasi manusia semakin meningkat jumlahnya sementara hutan hujan tropis semakin sempit dan populasi orang-utan terancam punah. Hutan dan orang-utan terdesak kebutuhan tempat tinggal dan pertanian (padi dan sawit) manusia.”
Tahun 2050 PBB memperkirakan jumlah umat manusia mencapai 9,8 milyar. Berkembang biak adalah salah satu fitrah manusia, dan salah satu proses yang paling alami dan paling mudah. Sebab mencari ilmu dan beramal baik (shaleh) perlu banyak perjuangan, berkembang biak a.k.a bereproduksi tidak perlu banyak berjuang, bagi manusia.
Hal yang berbanding terbalik bagi kawanan orang-utan, mereka sebagai mamalia perlu mengandung-hamil delapan sampai sembilan bulan, setelah anaknya lahir mereka perlu merawat sampai mandiri ~~supaya kenal makanan, terhindar dari predator dan mampu bergelantungan di habitat aslinya~~.
Yang lebih parah, mereka musti menunggu 6-9 tahun supaya bisa melahirkan kembali. Jadi seumur hidup induk betina hanya bisa melahirkan 3-5 anak. (Sri Suci dkk, 20: 2014)
Ironis jika dibandingkan dengan manusia, yang bisa mengandung kembali hanya pada interval beberapa bulan sejak melahirkan, atau masih dalam periode menyusui yang 2 tahunan itu.
Saking kelewat mudahnya, beberapa yang tidak sengaja mengandung dan melahirkan tapi malas merawat, menenggelamkan bayi hasil reproduksinya di got atau di tempat sampah.
Kita boleh saja tidak peduli pada spesies orang-utan dan konversi hutan hujan tropis jadi perkebunan dan perumahan, tapi bagaimanapun mereka adalah bagian dari kita. Juga keseimbangan hidup manusia dengan ekologi perlu dilestarikan.
Sebab juga semakin membeludaknya jumlah populasi manusia tidak sejalan dengan kesejahteraan dan harmoni dalam kehidupan. Semakin hari semakin sering kita jumpai problem umat manusia bertambah kompleks.
Mulai kelaparan, kemiskinan, sulitnya mewujudkan full employment, kondisi kesehatan fisik dan mental yang buruk, stres, peperangan perebutan sumberdaya alam dan wilayah. Juga lain sebagainya.
Lalu bagaimana solusinya?
Kalau anda pernah nonton film INFERNO yang diambil dari Novel karya Dan Brown, anda tahu bagaimana tokoh antagonisnya, Bertrand Zobrist, berusaha memusnahkan sebagian populasi manusia.
Dalam alurnya, anda bakal menikmati adegan demi adegan dimana tokoh utamanya Robert Langdon (Tom Hanks) bersama si cantik Dr. Sienna Brooks (Felicity Jones) berusaha memecahkan teka-teki peninggalan miliuner eksentrik Bertrand Zobrist (Ben Foster) sebelum meninggal.
Zobrist, punya pandangan mengerikan soal cara mengatasi ledakan populasi manusia di bumi.
Menurut Zobrist, pengendalian kelahiran sudah ketinggalan zaman. Terinspirasi dari Wabah Hitam (Black Pague) di abad ke-14, ia ingin menyebar virus yang mengurangi setengah populasi manusia.
Zobrist menyembunyikan petunjuk soal virus berbahaya ini di balik sajak “Inferno” dari Divine Comedy karya penyair Dante Alighieri dan lukisan “Map of Hell” dari Boticelli.
Problem populasi ini, jika tidak menggunakan cara-cara seperti Zobrist, Cuma bisa (diusahakan) dikendalikan dengan menanamkan kesadaran kepada yang muslim bahwa keteraturan dan keseimbangan dalam kehidupan keluarga sangat dituntut dalam ajaran islam.
Syaikh Quraish Shihab (204: 2013) menuliskan bahwa Al Qur’an menamakan anak atau generasi penerus sebagai “buah hati yang menyejukkan” (QS 25: 74) dan “hiasan kehidupan dunia” (QS 18: 46).
Maka bagaimana mereka menjadi “buah hati” dan “hiasan hidup” jika beban yang dipikul orang tuanya melebihi kemampuannya?
~~~Lalu bagaimana yang bereproduksi di luar ikatan pernikahan? Heuheuheu~~~
Ibarat rumah besar dan harus dihuni bersama, bumi tentu memiliki kapasitas yang tidak bisa sewenang-wenang dilewati. Misalnya rumah kecil yang harusnya cukup ditempati 10 orang kemudian dtinggali 20 orang, maka Syaikh Quraish mengibaratkan kondisi tersebut degan istilah:
‘tercela, sebab mengabaikan faktor keseimbangan. Maka, sampai kapanpun problem populasi (hampir pasti) tidak akan terbendung oleh umat manusia.
Kedua
menghentikan konsumsi rokok. Konsumsi rokok jadi problem yang tidak terbendung kedua. Padahal kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa setiap tahun, ungkap menteri kesehatan.
Hal ini sebab lebih dari sepertiga atau 36,3 persen penduduk Indonesia saat ini menjadi perokok. “Bahkan 20 persen remaja usia 13-15 tahun adalah perokok,” kata Menteri Kesehatan Nila Moeloek saat membuka Indonesian Conference on Tobacco or Health di Balai Kartini, Jakarta, Senin, 15 Mei 2017. (Tempo, Mei 2017)
Secara global (dunia), kurang lebih 1,5 milyar batang rokok terjual setiap harinya, itu sama dengan 10 juta batang rokok terjual setiap menit. Indonesia cuma kalah dari Cina dan India untuk urutan tertinggi pasar rokok.
Meskipun upaya melarang iklan tembaku telah dilakukan di seluruh dunia, gencarnya peringatan gangguan keshatan oleh komunitas medis, investasi besar pemerintah dalam kampanye anti merokok atau aturan pemasangan gambar paru-paru, mulut dan jantung yang rusak di bungkus-kemasan rokok telah dilakukan.
Upaya-upaya tersebut tidak pernah mampu membendung perokok untuk tetap merokok.
Merek dan pengaruh pesan-pesan iklan rokok ditengarai sudah terlanjur kuat mempengaruhi otak manusia, bahkan mempengaruhi rangsangan pada tingkatan yang lebih dalam dari pemikiran sadar manusia.
Martin Lindstorm dalam bukunya Buy-ology mengutip hasil riset Dr. Gemma Calvert dari University of Warwick, Inggris pada tahun 2004.
Menggunakan aplikasi Neuroimaging, peneliti menemukan bahwa label bahaya merokok yang ada pada kemasan rokok sama sekali tidak bisa memberangus hasrat merokok para perokok tersebut.
Bahkan, hasil fMRI menunjukkan bahwa label peringatan bahaya rokok selain gagal membendung konsumsi rokok, malah mengaktifkan bagian nucleus accumbens atau dikenal dengan ‘titik ketagihan’.
Pada saat terangsang, nucleus accumbens membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhannya.
Daerah ini merupakan rantai penghubung dari neuron yang khusus menyala saat tubuh menginginkan seks, alcohol, narkotika bahkan judi. Sehingga, peringatan bahaya tersebut berubah menjadi alat pemasaran paling efektif yang dibuat industri rokok sendiri. (Lindstorm, 9: 2008)
~~Milea, jangan merokok. Merokok itu berat. Biar aku saja…~~~
Ketiga,
Perang dan perbuatan jahat. Dikisahkan dalam Al Qur’an, suatu ketika malaikat pernah keberatan ketika Allah berfirman kepada mereka ‘Saya akan menciptakan khalifah di muka bumi.’ Malaikat protes dengan:
‘Apakah Engkau akan menciptakan di sana (bumi, makhluk) yang akan melakukan perusakan dan pertumpahan darah.?’ (QS 2: 30) ‘Aku mengetahui apa yang kalian tidak tahu.’ Jawab Allah.
Kyai Quraish Shihab memberikan keterangan bahwa dari jawaban tersebut ada celah yang mengandung pembenaran dugaan malaikat. Namun demikian ada rahasia yang tidak terjangkau hakikatnya oleh para pemrotes tersebut. (Quraish Shihab, 248: 2013)
Dari peradaban manusia yang silih berganti dan jatuh bangun, Will Durant dan Ariel, ketika menyelesaikan bukunya tentang peradaban manusia ‘The Lesson of History’ pada tahun 1968, mereka menuliskan bahwa
“Sejak 3.421 tahun yang silam, dalam perjalanan sejarah, hanya 286 tahun yang berlalu tanpa sama sekali ada peperangan.”
Sehingga pertumpahan darah adalah bagian sejarah manusia yang bagaimanapun tidak akan bisa dibendung. Mulai pembunuhan dalam skala kecil ~~orang-perorang~~ sampai peperangan yang massif, melibatkan banyak orang dan pembunuhan massal.
Maka ditengah perkara-perkara yang upaya seluruh umat manusia sejak dulu tidak bisa membendungnya, mari santai saja dan mengalir. Seperti di pantai……~~~