Saya berangkat ke bioskop dengan satu harapan; uang 35 ribu yang bisa dipakai 4-5 kali makan ala mahasiswa ini tidak salah jika dikonversikan dengan tiket bioskop film AAC 2. Dengan harapan film ini tidak mengecewakan, atau meminjam istilah beberapa yang nyinyir: skenarionya mirip FTV.
Sebab juga film Indonesia terakhir yang menarik minat saya untuk tonton langsung di bioskop adalah film Sang Kyai, yang mengisahkan Mbah Kyai Hasyim Asy’ari. Pendiri Ormas Nahdlatul Ulama dan tokoh penting perjuangan kemerdekaan. Selebihnya nunggu Trans TV menayangkannya dalam sinema spesial tahun baru atau Idul Fitri.
Yang membuat saya begitu tertarik menonton film AAC 2 tidak lain adalah adegan parodi Chelsea Islan merengek ‘nikahi aku Fahri, aku mohon Fahri, aku hancur’. Lalu di jawab oleh Fahri Hamzah, yaa yang ketua DPR itu,; ‘tidak, tidak lah yaa…’.
Fahri ini suka lantang kalau ngomong, dalam acara-acara debat di TV juga kalau di wawancarai. Wajar, tugas oposisi yaa mengkritisi dan mengawasi jalannya pemerintahan. Supaya ada check and balance kekuasaan.
Sebab Chelsea Islan dan Tatjana Saphira-lah film ini jadi menarik. Menarik minat untuk menonton langsung di bioskop.
Skenario dan ending-nya juga sulit ditebak, sebab saya belum pernah membaca langsung novel Habiburrohman El Shirazy juga tidak pernah nonton film Ayat-ayat cinta yang pertama.
Lalu, yang bisa ditangkap ingin ditampilkan oleh film ini ada beberapa poin:
Pertama
Fahri sama dengan james Bond. Fahri yang diperankan Fedi Nuril tidak ubahnya karakter James Bond.
Dia menang dan unggul segalanya. Hidup di Edinburgh, Skotlandia dengan kampus bergaya arsitektur abad 18, wira-wiri pakai mobil Land Cruiser sebab dia kaya, hapal Al-Qur’an dibuktikan di salah satu adegan dia membenarkan bacaan imam shalat yang salah (yang dari sana muncul sedikit konflik sebab imam merasa dikalahkan ilmunya).
Kekayaan tidak terbatas Fahri juga bukan sia-sia, dia dengan dengan sikap dermawan yang luar biasa (berlebihan) mengalokasikan kekayaan dari ngajar dan berbagai bisnisnya untuk menolong beberapa tetangga dekatnya yang kesusahan, termasuk membayar rumah nenek Yahudi yang terlibat sengketa dengan anaknya sendiri.
Personifikasi kebesaran dan kematangan sikap Fahri secara sempurna dimunculkan dengan adanya tokoh Hulusi (Panji), yang perannya hampir mirip dengan posisi Harun (Adipati Dolken) terhadap Kyai Hasyim Asy’ari (Ikranegara) dalam film Sang kyai.
Adipati dan Panji diposisikan sebagai pemeran pendukung untuk menciptakan konflik-konflik kecil, yang tujuan akhirnya adalah menunjukkan bahwa pemeran utama memiliki pandangan, kematangan jiwa dan ilmu-kompetensi yang sempurna. Menang dalam setiap konflik.
Lalu, kemenangan terbesar Fahri: dikelilingi dua darah muda luar biasa Keira (Chelsea Islan) dan Hulya (Tatjana Saphira). Ditambah pemeran Brenda (Nur Fuzura) yang asli Malaysia itu juga bisa. Sungguh kisah hidup yang luar biasa jika jadi kenyataan.
Fahri ini mirip-mirip James Bond. Agen 007 ini tokoh yang selalu tenang, pinter silat, seorang diri wira-wiri menumpas kejahatan misalnya melawan bos seluruh penjahat Oberhauser di film Spectre (walaupun ada dukungan agensi, tapi secara dominan dialah pelaku di lapangan).
Bond selalu menang dan banyak peluru meleset kalau nembak ke arahnya, dan kemenangan terbesarnya adalah selalu dikelilingi cewek-cewek terbaik, mulai Honey Ryder (1962), Vesper Lynd di Casino Royale (2006), Strawberry Fields di Quantum of Solace (2008), sampai Lea Seydoux di edisi Spectre (2015).
Karakter Bond dan Fahri dipastikan jadi fantasi utama cowok-cowok jomblo, yaitu: sukses dalam karir, punya akses uang-kekayaan tidak terbatas dan tentunya punya pesona yang bisa bikin cewek-cewek jatuh hati dalam hitungan menit ketika ketemu. ~~bedanya kalau Bond bisa lebih leluasa berekspresi dengan cewek-cewek di filmnya, Fahri harus istikharah untuk melembagakan cintanya dalam pernikahan.
Ini juga yang lagi ramai di bahas: Ketika DPR lagi nyusun RUU KUHP, diperdebatkan juga seberapa cocok HAM universal diterapkan di Indonesia. Bertentangan tidak dengan dasar konstitusi dan norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga ambil contoh perilaku hubungan bebas ala baratnya Daniel Craig dengan Bond’s Girl-nya selama tidak merugikan orang lain tidak perlu dikenai hukuman pidana. Ditunggu saja, ~~
Intinya adalah: Semua pria jika boleh memilih, ingin menjadi seperti Fahri.
Kedua
Sebab islamophobia dan kontra tesis Samuel Huttington, cerita berkembang dengan menarik. Benturan peradaban atau Clash of Civilizations adalah teori bahwa identitas budaya dan agama seseorang akan menjadi sumber konflik utama di dunia pasca-Perang Dingin.
Tesis Huntington ini sering dijustifikasi kebenarannya lewat peristiwa mengemparkan 11 September 2001. Peristiwa terror terhadap gedung WTC yang mengantarkan kita masuk abad 21.
Konflik dan adegan dalam film ini jadi menarik selain karena keberadaan Tatjana yang begitu dominan, juga dibangun sebab masih adanya citra islam yang lekat dengan terror.
Hubungan antara Fahri dengan mahasiswanya di kelas, friksi dengan nenek Yahudi dan anaknya Baruch, juga benturan dengan (clash) dengan Chelsea Islan dan adiknya yang bapaknya meninggal sebab bom, bahkan Fahri musti pindah ke Oxford juga gara-gara tuduhan yang sama;
dekat dengan kelompok terror bahkan membiayainya. ~~Luar biasa kaya bukan si Fahri ini…~~
Saya sendiri tidak tahu pasti bagaimana kondisi terkini pandangan masayarakat Eropa terhadap muslim, masih se-paranoia atau phobia seperti diawal abad 21 dulu atau sudah lebih membaik.
Atau sebenarnya sejak dulu mereka tidak parno dan phobia tapi cuma dijadikan dagangan intelektual oleh orang-orang semacam Huttington dan dagangan politik oleh kelompok populis mirip Donald Trump.
Atau juga dagangan media ~~pesan bahwa islam bukan agama terror dan islam berpengaruh besar terhadap peradaban Eropa, juga pernah coba disampaikan dalam film Dewi Sandra sebelumnya; 99 Cahaya di Langit Eropa.
Semoga mereka bisa mempengaruhi masyarakat Indonesia, yang nonton film..~~
(Yang jelas, Saudi Arabia dengan Wahabiyah-nya yang dianggap sebagai sumber fundamentalisme juga sudah mulai melunakkan diri, ISIS juga ditekan dimana-mana, pun Al Qaeda sejak Osama bin Laden ditangkap oleh pasukan elit Amerika juga sudah mulai berkurang pamornya.
Yang lucu, sasaran aksi teroris terkini malah umat muslim sendiri dengan masjidnya, misalnya yang terbaru di Rawda, Mesir.)
Tapi, bagi teman-teman yang tidak terlalu peduli dengan konflik Timur Tengah atau relasi muslim Eropa dengan lingkungannya, cukuplah senyum manis Tatjana dan ekspresi lucu Chelsea Islan ketika marah-marah jadi pengisi waktu senggang selama duduk di ‘kursi panas’ bioskop.
Ketiga
Tatjana adalah segalanya, dan blunder Fahri menolak lamaran Keira. Tatjana Saphira yang memerankan Hulya mengambil posisi dominan dalam film ini. Sebab istri Fahri yang sebelumnya belum ada kabar sejak merantau ke jalur Gaza.
Jadi relawan, bukan TKI mirp beberapa saudara kita; pahlawan devisa. Bagi saya, dalam film ini Tatjana adalah segalanya sejak dia sembunyi-sembunyi masuk kelas Fahri sampai di akhir dia meninggal. Ketika ada atau setelah adegan-adegan yang kurang greget atau mudah ditebak konfliknya, penampilan good looking, senyum manis dan akting Tatjana mengobati semuanya.
Setelah film selesai dan saya browsing, ternyata Tatjana ini masih 20 tahun usianya. ~~Wah cocok ini dengan usia saya, kalau saya jadi Fahri, saya nikahi langsung setelah syuting selesai, heuheu~~
Overall, Ayat-Ayat Cinta 2 adalah pertunjukan kesempurnaan Tatjana Saphira.
Lalu, kesalahan terbesar Fahri dalam film ini, dan pasti dia akan sesali seumur hidup adalah adegan yang di awal saya sudah sampaikan. Yaa, ketika Chelsea Islan merengek minta di nikahi.
Jadi, Chelsea mengadakan sayembara ala Dayang Sumbi dalam dongeng gunung Tangkuban Perahu “Kalau yang membiayai les biolaku adalah pria, maka akan aku nikahi. Kalau perempuan akan aku jadikan saudara.”
Akhirnya tahu dia kalau yang membiayai adalah Fahri. Guna menunaikan sumpahnya, memohonlah dia kepada Fahri untuk dinikahi. Fahri mungkin karena sungkan istrinya sedang mengandung, menolak lamaran Keira a.k.a Chelsea.
Ini kalau saya yang jadi Fahri, supaya tidak ada penyesalan di kedua belah pihak, saya akan dengan tegas katakan: “Jangan, jangan……, tidak perlu Keira……….!”
Setelah Keira sedikit lega, saya bakal lanjutkan “…..maksudku jangan kelamaan Keira, ayo sekarang juga ke KUA Oxford.”
Atau kalau tidak, saya a.k.a Fahri akan bersimpuh di hadapan Hulya dan dengan segala kerendahan diri memohon; “Izinkan aku menikahi Keira, supaya dia bisa menunaikan sumpahnya. Dia juga bisa menjadi temanmu belajar masak tempe khas Indonesia nantinya. Wahai Hulyaku Sayang……”
Lalu terdengarlah backsound lagu dari politisi Gerindra, Ahmad Dhani (TRIAD), “Aiiiihhhhh, senangnya dalam hati, kalau beristri dua……………………… Oh, seperti dunia….”.
Itulah Surga, my lov.
Keempat
Fahri tidak lupa statusnya sebagai kader Ormas di NKRI. Fahri ini selain kaya dan dikelilingi perempuan-perempuan cantik, juga jelas afiliasi ormasnya.
Dalam debat di kampus Edinburgh, Fahri bilang ‘Yang perlu dicintai dari cinta adalah cinta itu sendiri, dan yang patut dibenci dari kebencian adalah kebencian itu sendiri.”
Wah ini mirip gerakan yang dibangun Haidar Bagir dan puluhan tokoh muslim lainnya dalam Gerakan Islam Cinta. Mengajarkan welas asih dan agama yang damai. Islam yang jadi rahmat bagi semesta alam.
Fahri juga bilang “Hakikat Pancasila itu ada di hati…..”. Kalimat ini bisa ditangkap dengan jelas bahwa blio adalah anggota setidaknya 3 organisasi langsung, yaitu: NU/Banser, Muhammadiyah dan Pemuda Pancasila.
Posisinya sebagai muslim yang hidup di Skotlandia dan masih ingat Pancasila ini luar biasa. Dibanding yang hidup di Indonesia dan ributnya minta ampun kalau menyinggung Pancasila.
Tentu sikap Pancasilais yang dibawanya menyeberang benua dan peradaban ini tidak akan terbangun jika dia bukan kader aktif beberapa ormas Pancasilais tadi.
(Mari galakkan kaderisasi..)
Tabik.!
Kelima
Inti pesan film. Hiduplah jadi dosen di Eropa dengan kekayaan yang tidak terbatas dan mobil Land Cruiser, maka jodoh terbaikmu, seperti Tatjana Saphira, akan datang sendiri. Camkan itu….!
Sehingga, tidak ada salahnya nonton langsung di bioskop film cinta-cinta yang satu ini…!