Oleh: @luthfiham
Beberapa tahun lalu, medsos dianggap jadi ‘senjata’ efektif merubuhkan rezim-rezim otoriter. Kalau ingat gerakan ‘Green Movement’-nya Iran dan ‘Arab Spring’ di negara-negara Middle East-North Africa (MENA). Semunya berawal dan berkembang besar sebab media sosial; FB,Youtube, Twitter. Dalam banyak riset, media sosial juga diketahui punya pengaruh positif pada pelaku bisnis UMKM.
Namun, masa bulan madu dengan media sosial tampaknya segera berakhir. Tahun 2019 lalu, riset yang dipublikasi online di jurnal E-Clinical Medicine, menemukan bahwa: Anak perempuan remaja dua kali lebih mungkin terserang depresi yang berkaitan dengan penggunaan media sosial. Depresi ini terutama karena pelecehan online dan siklus tidur yang terganggu, juga citra tubuh yang buruk dan harga diri yang lebih rendah. Tentu pria juga berpotensi kena depresi.
Lalu Zack Beauchamp, menulis artikel ‘Social media is rotting democracy from within’ di Vox.com. Ia menyoroti bagaimana media social terutama Facebook dan grup-grup Whatsapp, jadi sarana penting kemenangan capres Brazil dari kelompok ultra-kanan, Jair Bolsonaro. Tentu gak salah kampanye via medsos, yang salah adalah saat “information tsunami creates the perfect environment for the spread of falsehoods, conspiracy theories, rumors, and “leaks.”
Lalu apa?
Cara paling optimal untuk tetap sehat adalah uninstall semua akun medsos anda. Kalau gak uninstall, terbiasalah untuk gak gampang iri/insecure/merasa rendah saat melihat posting bahagia/sukses/pamer dari teman anda. Kalau keren, jadikan inspirasi atau motivasi. Tapi kalau kelewat lebay, jadikan saja konten roasting atau ghibah. Penting untuk percaya dan menerima diri secara utuh.
Untuk menghindari aktivisme sosial dan kampanye politik yang gak bener, sesekali baca-bacalah teknik analisis wacana; untuk tahu bahwa semua teks/naskah/video/narasi gak akan bebas dari ‘kepentingan’/misi penyampai informasi. Jugagak lepas dari struktur/situasi sosial mendasarinya muncul. Dan kepentingan politisi ya begitu juga. Tinggal pilah atau pelajari motifnya. Atau sekalian gausah di-follow.