Penulis: Ahmad Sofi (DINUN Malang)
Isra’ Mi’raj adalah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Palestina lalu dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (langit ke tujuh). Perjalanan yang ditempuh hanya dalam satu malam. Isra’ Mi’raj memiliki 2 dimensi sekaligus, yaitu nilai horizontal dan nilai vertikal
Dalam peristiwa itu tersirat dua nilai penting yang saling berhubungan, yaitu nilai horizontal dan nilai vertikal. Perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Palestina adalah simbol interaksi horizontal. Kemudian dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha adalah simbol nilai vertikal.
Dalam kenyataannya, manusia selain sebagai makhluk Tuhan juga memiliki sisi kemanusiaan yang antar mereka saling berhubungan. Sebagai makhluk sosial manusia membutuhkan manusia lain untuk bertahan hidup, untuk bisa saling mengasihi, dan saling tolong menolong. Ini yang biasa kita sebut hablun minannas atau berhubungan baik dengan sesama manusia.
Dari segi vertikal manusia juga harus menambah penghayatan keagamannya. Sebagai makhluk Tuhan, hablum minAllah juga tidak boleh kalah. Hubungan kita dengan Allah harus diperdalam. Juga dengan pengetahuan agama harus kita tingkatkan. Karena ketika penghayatan keagamaan kita kurang, akan memimbulkan fanatisme buta dan memicu perbuatan intoleran.
Allah berfirman: “…berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qassas: 77).
Dalam pengiratan Isra’ Mi’raj ini penting kiranya bagi kita untuk tidak menanggalkan aspek sosial dalam beribadah. Segala peribadatan bersifat Mi’raj yang transedental, seyogyanya juga memiliki dimensi Isra’, yang bermanfaat kepada sesama manusia.