Kehidupan periode akhir dan pasca kampus itu unik. Idealnya setiap mahasiswa bisa bergelut di bidang profesi yang linier, sesuai dengan program studi yang mereka tempuh selama 4 tahun. Tapi idealitas dan realitas ndak pernah sempurna bergerak linier.

Ada yang kuliah pendidikan islam, lalu berprofesi freelance desainer web. Ada yang kuliah bisnis lalu terjun ke politik, sementara mahasiswa politik risih dengan lapangan politik. Ada yang setelah lulus nikah dulu, urusan kerja belakangan. Ada yang kuliah sampai belasan semester dengan kerja utama: menyumpahi dan mengutuk dosen pembimbing skripsi.

Ada yang nyicil tugas akhir sambil jualan makanan ringan, cilok misalnya. Mungkin kelihatan remeh, tapi kalau lokasinya tepat di samping alun-alun Kota Wisata Batu, omsetnya tentu berani di adu.

Sadar bahwa negara dan perusahaan konglomerasi ndak akan mampu menampung semua tenaga kerja yang tersedia, juga sadar bahwa janji kesejahteraan dari politisi adalah angan-angan yang jauh, sementara kita perlu makan pagi ini, nanti siang dan nanti waktu malam.

Maka kesadaran, keberanian dan ‘ndak gengsi’ untuk memulai usaha kecil musti dilakukan guna ikut menikmati potongan ‘kue ekonomi’ (yang sering di kritik ndak merata distribusinya). Usaha apapun, yang penting dilakukan dengan bahagia dan ndak merugikan orang lain. .

Tentu, jualan cilok semacam ini lebih mulia daripada menjadi penceramah provokatif atau peserta demo-kampanye bayaran. #IndonesiaHebat

Foto di atas diambil dari salah seorang teman mahasiswa dari penulis, yang nyambi jualan jajanan pentol cilok di area samping alun-alun Kota Wisata BAtu.