Penulis: Luthfi Hamdani

Judul di atas mungkin satu kalimat yang klise, semua orang tahu. Namun pandemi COVID-19 mengajak kita untuk secara serius mengingat kembali betapa pentingnya kesehatan bagi individu, masyarakat dan bagi perkembangan ekonomi nasional maupun global.

Sampai saat saya menulis tulisan ini, kasus COVID-19 di Indonesia sudah tercatat 89.869 pasien terkonfirmasi positif dengan jumlah pasien meninggal dunia sebanyak 4.320 orang. Mari sejenak mengirim surat al-Fatihah dan doa-doa terbaik untuk saudara-saudara kita yang menjadi korban pandemi ini.

Mari bersepakat bahwa kondisi kesehatan yang lebih baik akan menjadi pendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi, asumsi ini muncul sebab semakin baik kualitas kesehatan, maka semakin besar jumlah tenaga kerja yang tersedia serta ditunjang produktifitas yang lebih baik dari mereka. Kondisi kesehatan yang lebih baik juga memberikan beragam dampak positif bagi kehidupan sosial.

Riset Aurora (2001) berjudul “Health, Human Productivity, and Long-Term Economic Growth” menyimpulkan bahwa sepertiga bagian dari pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju selama abad 20 kemarin didorong oleh faktor perbaikan kualitas kesehatan masyarakat. Sementara riset Lopez et al. (2005) berjudul “Health and Economic Growth: Findings and Policy Implications” menyimpulkan bahwa kualitas kesehatan berkontribusi terhadap pertumbuhan pendapatan hampir sama besarnya dengan kualitas pendidikan.

Saya baca dua temuan tadi di Laporan Riset dari lembaga McKinsey Global Institute berjudul “Prioritizing Health: A prescription for prosperity”. Dalam laporan yang dipublikasikan 8 Juli 2020 lalu tersebut dikemukakan bahwa sebenarnya selama satu abad terakhir, peningkatan kebersihan, perbaikan nutrisi, antibiotik, vaksin, dan teknologi baru telah berkontribusi pada kemajuan luar biasa dalam kesehatan global.

Namun terlepas dari kemajuan tadi, ancaman kesehatan yang buruk dan kesenjangan kualitas kesehatan masih terus membatasi dan mengancam kemakmuran ekonomi. Kondisi ini terjadi dalam dua skema. Pertama, kematian prematur telah mengurangi ukuran/jumlah angkatan kerja potensial. Lebih dari 17 juta orang meninggal ‘sebelum waktunya’ pada tahun 2017. Kedua, kesehatan yang buruk atau morbiditas membuat sulit bagi penderitanya untuk aktif secara ekonomi dan sulit mengembangkan potensi produktif mereka secara penuh. Misalnya, total ada 580 juta orang berusia 15 dan 64 pada tahun 2017 ‘hilang’ dari dunia kerja karena kesehatan yang buruk. Mereka terpaksa absen dari pekerjaan atau berhenti bekerja sama sekali.

Para peneliti McKinsey juga menemukan bahwa beragam guncangan kesehatan seperti pandemi COVID-19, influenza H1N1, dan SARS dapat mengakibatkan tambahan biaya kemanusiaan dan ekonomi. Pandemi COVID-19 dan dampaknya, seperti isolasi/lockdown/PSBB diperkirakan akan mengurangi PDB global sebesar 3 hingga 8 persen pada tahun 2020, serta sebagaimana kita tahu mengancam negara-negara mengalami resesi.

Dari apa yang kita alami beberapa bulan terakhir, kita harus belajar bahwa populasi yang lebih sehat akan lebih tangguh dalam menghadapi penyakit menular baru, seperti COVID-19, yang seringkali dapat menghadirkan risiko lebih tinggi kepada orang-orang dengan kondisi kesehatan buruk yang diderita sebelumnya.

Lebih dari 70 persen perbaikan kualitas kesehatan dapat dicapai dari upaya pencegahan (preventif) dengan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan lebih aman, mendorong perilaku yang lebih sehat dan mengatasi faktor-faktor sosial yang melatarbelakanginya, serta memperluas akses ke vaksin dan obat pencegahan. Tigapuluh persen sisanya akan datang dari proses mengobati penyakit dan kondisi akut dengan tindakan medis yang telah terbukti, termasuk pengobatan dan operasi.

Pandemi COVID-19 telah mengekspos kerentanan dalam sistem perawatan kesehatan di berbagai negara. Kondisi ini jadi momentum untuk memperkuat dan menata kembali sistem tidak hanya memastikan persiapan yang lebih baik untuk krisis di masa depan tetapi juga memberikan perawatan kesehatan yang lebih efektif.

Terakhir, ketika dunia tengah menunggu vaksin atau pengobatan yang efektif untuk COVID-19, peran vital yang dimainkan inovasi (Research and Developmet) untuk kesehatan dan ekonomi global menjadi semakin jelas. Inovasi akan terus menjadi penting untuk meningkatkan kesehatan populasi dunia. Pemerintah dan pihak swasta perlu serius menyiapkan anggaran dan iklim yang mendukung riset dan inovasi kita.

Ekonomi penting, namun kesehatan juga penting. Seperti pernyataan seorang dokter yang kapan hari viral di media sosial: “Gak ada pertumbuhan (perbaikan) ekonomi yang bisa diharapkan dari orang-orang yang sakit”. Dalam jangka pendek, pelonggaran aktifitas ekonomi harus dipastikan bersamaan dengan pengetatan penerapan protokol kesehatan. Juga misalnya perubahan setting kantor dengan memberikan perhatian lebih pada ventilasi, sebab diketahui virus ini bisa menyebar via udara.