Membedah pemberdayaan masyarakat ditengah Revolusi Industri 4.0
Kehidupan modern menuntut masyarakat untuk mencoba cara-cara baru dalam bertindak sebagai individu guna memperbaiki nasibnya. Lingkungan desa tidak lagi ramai akan aktivtas-aktivitas pertanian sebab sebagian besar penduduknya pergi ke kota untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Kondisi ini tidak lain dilandasi harapan masyarakat atas tingkat dan nilai produksi yang lebih tinggi dengan pembagian hasil yang merata di perkotaan. Dalam kondisi seperti ini, susunan masyarakat serta sistem politik negara hanya akan dapat bertahan jika sanggup mengatasi kemelaratan, karena metode yang digunakan negara dalam membangun ekonomi akan menentukan bentuk akhir dari tujuan kemerdekaan.
Apabila meninjau posisi ekonomi negara kita di dunia internasional, sebagian besar masih ditentukan oleh faktor-faktor di luar kekuasaan, juga pihak asing. Seolah-olah rencana pembangunan dari pemerintah tidak sebagai sesuatu yang hadir untuk masyarakat, namun pembangunan hanya sekedar formalitas rencana kerja pemerintah saja.
Selain itu, partai poitik sebagai perantara demokrasi yang seharusnya menyokong dalam pembangunan kurang mampu memegang peranan strategis dalam bentuk pemikiran serta proses pembangunan ekonomi bangsa. Keadaan ini memperjelas bahwa para politisi hanya mendahulukan pertarungan politik dan mengenyampingkan pembangunan demi kesejahteraan seluruh rakyat.
Maka tidak heran jika masih sangat banyak masyarakat yang tidak memiliki bayangan terang tentang apa yang dimaksud pembangunan dan apa yang harus dilakukan sebagai upaya aktif dalam pembangunan negeri. Penyebab yang mendasar, selain mandulnya inisiasi partai politik, juga sebab masyarakat kekurangan pengetahuan tentang pandangan tentang persoalan pembangunan.
Kehidupan modern ditandai oleh penggunaan mesin dan teknologi dalam masyarakat. Sementara itu, masyarakat desa membutuhkan penyesuaian kreatif atas fenomena semacam ini, bukan hanya kecakapan menggunakannya saja, melainkan masyarakat harus yakin akan perlunya kesanggupan membuat sendiri sebuah mesin yang sesuai dengan kebutuhannya.
Mesin serta teknologi harus dianggap sebagai kelanjutan tangan manusia untuk dapat dikuasainya. Untuk itu masyakakat perlu menyesuaikan diri dalam cara-cara hidup dalam hubungannya dengan produksi secara umum. Hal ini mengarahkan masyarakat untuk melangkah pada lapangan industrialisasi.
Masifnya penggunaan mesin-teknologi hanya merupakan permulaan proses perubahan sosial, yang selanjutnya akan mengubah cara-cara organisasi masyarakat bekerja.Dengan kata lain, mesin atau teknologi merupakan penjelmaan kebudayaan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan yang menciptakannya.
Masyarakat harus membangkitkan inovasi dan invensi di dalam kebudayaan berdasarkan asas-asas otonom, berdasar kekuatan sendiri mengembangkan dinamika sosial dan mampu mendorong dalam menempuh jalan modernisasi kehidupan. Jikalau tidak demikian, maka masyarakat akan bersifat pasif dan hanya berada pada tingkatan statis serta semakin terbelakang.
Pada umumnya, dalam setiap kebudayaan terdapat suatu daya ke arah perubahan. Suatu faktor yang senantiasa menyesuaikan kebudayaan kepada masalah-masalah baru yang dihadapinya. Daya ke arah perubahan ialah potensi pembaruan yang berakar pada vitalitas kebudayaan. Masyarakat harus bertambah meningkat integrasinya dengan suatu kebudayaan sebagai upaya mengawal perubahan tersebut.
Misalnya, supaya masyarakat desa bisa tahan (survive) di lingkungan industrial baru, maka sangat perlu baginya untuk mengetahui situasin dan susunan kedudukan (hirarki) pekerjaan didalam lingkungan baru itu. Maka kita, sebagai intelektual-penggerak, harus mengetahui serta mampu menggerakkan apa yang merupakan perangsang kerja bagi masyarakat desa.
Usaha pembangunan merupakan proses yang dapat dipengeruhi, dapat dikuasai, dan dapat diarahkan secara sadar. Kita dapat secara sadar mengelola unsur-unsur yang dapat mendorong dan merangsang kebudayaan untuk mengejar tujuan pembangunan ini. Dengan jalan ini, diharapkan akan mempertemukan rencana-rencana negara dengan keinginan masyarakat akan perbaikan, pemberdayaan dan pembaruan di tingkat lokal.
Sehingga, rencana pembangunan negara akan dapat didukung oleh dinamika sosial dengan segala daya dan inisiatif yang menjadi syarat keberhasilan kita dan masyarakat.
Pengaruh berbagai pembaruan dan penemuan teknologi telah meningkat jauh jumlahnya, serta tentu mempengaruhi cara manusia menikmatinya. Pengaruh tesebut, terutama secara konsisten dapat dilihat dari penerapan ilmu pengetahuan serta teknologi untuk keperluan industri.
Pengerahan ilmu pengetahuan dengan perantara “penelitian dan pengembangan”, telah menghasilkan berbagai penemuan baru di bidang teknologi. Kemajuan-kemajuan ini membangkitkan suatu kekuatan sosial yang baru, yang membawa konsekuensi bagi kehidupan manusia. Maka demikianlah ilmu pengetahuan menjadi suatu kekuatan revolusioner, yang menentukan perubahan ke arah yang lebih baik, namun bisa juga jadi lebih buruk.
Kondisi ini menuntut untuk sebaik mungkin menggunakan ilmu pengetahuan untuk keperluan pembangunan bagi masyarakat. Maka perlunya jalan alternatif untuk mengejar negara-negara industri dengan cara mengerahkan kemampuan ilmiah dalam mendorong pembangunan di desa. Oleh sebab itu, pelu kita menghadapi persoalan bagaimana cara melaksanakan pengerahan ilmu pengetahuan dan daya kreatif guna pembinaan bangsa.
Ilmu pengetahuan ialah pengetahuan tersusun tentang kenyataan yang tercapai dengan cara-cara tertentu, yaitu secara sistematis-ilmiah. Namun begitu ilmu pengetahuan harus selalu dikontrol secara kritis, aktivitas kritis ini merupakan metode untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih baru lagi. Sementara pengetahuan yang sudah ada akan ditinggalkan lantaran terdapat penemuan baru.
Hal ini menegaskan bahwa ilmu pengetahuan bersifat dinamis dan kreatif, sebagai kegiatan manusia dalam fungsinya mengejar pengetahuan baru. Oleh karena itu, pengetahuan baru sangat dibutuhkan untuk pembangunan masyarakat Indonesia. Fokus pengembangan ilmu pengetahuan dapat memberikan bantuan dalam menempuh jalan-jalan baru di berbagai sektor usaha pembangunan seperti industrialisasi, yang kemudian akan berperan sebagai pembebas dan perangsang untuk kekuatan-kekuatan produktif di dalam masyarakat.
Maka sangat penting melakukan rencana-rencana pembinaan dengan menempatkan organisasi-organisasimasyarakat sebagai aktor.Jika potensi kreatif masyarakat menjadi titik pijak usaha pembangunan, maka semakin mudah ilmu pengetahuanuntuk menyesuaikan rencana-rencana pembangunan. Usaha tersebut sebagai upayamencari jalan baru yang dapat menghindari krisis kemanusiaan yang dialamimasyarakat industri.
Alat atau badan perantara yang bisa melaksanakan proses perubahan pembangunan ialah lembaga pengajaran dan pendidikan, serikat-serikat buruh dan tani, organisasi-organisasi kepemudaan, lembaga swadaya masyarakat atau Non-Goverment Organitation dan badan-badan pendapatan umum masyarakat; koperasi atau credit union.
Sementara itu, PMII yang merupakan organisasi mahasiswa serta berdimensi kepemudaan, juga memiliki peranan penting sebagai aktor inovasi dan invensi dalam perubahan sosial dan guna terciptanya pertumbuhan ekonomi (economic growth).
Peran yang dapat dilakukan;
pertama, ialah penyelidikan mengenai mesin atau teknologi yang sudah ada.
Kedua, ialah mencari inovasi dan invensi baru sebagai jalan alternatif pada usaha pembangunan.
Ketiga, ialah mengorganisasikan dan menggunakan sepenuhnya daya kreatif masyarakat untuk secara sistematis merangsang kemampuan mengadakan perbaikan pola perilaku masyarakat lama.
Keempat, ialah melakukan penetrasi terhadap public policy yang berkenaan dengan pembangunan.
Beberapa peranan tersebut merupakan kontribusi yang akan diberikan degan pendekatan ilmu pengetahuan, sebagai upaya memaksimalkan capital-labour ratio. Sebuah metode untuk menggunakan dan mengerahkan kreatifitas masyarakat secara langsung di dalam bidang industri.
Tentu PMII memiliki peranan sangat penting dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Agar dapat menunaikan peranan-peranan yang disebutkan diatas, maka PMII harus melakukan re-orientasi baik secara kaderisasi maupun gerakan. Adapun orientasi yang harus ditempuh PMII sebagai berikut:
KADERISASI: ORGANIZED CREATIVITY
Beberapa persoalan yang perlu kita hadapi secara sungguh-sungguh, sistematis dan urgen, ialah penelitian dan pengembangan; baik di bidang teknologi, di bidang ilmu pengetahuan alam, maupun di bidang ilmu-ilmu sosial. Riset tak lain adalah suatu teknik untuk menjawab persoalan-persoalan dengan memanfaatkan pengetahuan secara teratur dan memiliki kapasitas produktif.
Dalam hal itu, pekerjaan riset hanya mungkin terlaksana jika didukung sepenuhnya oleh seluruh masyarakat yang ingin mencari pengetahuan dan mencari jalan untuk memperbaiki kehidupan mereka. Maka dalam usaha untuk mengerahkan dan menggunakan pengetahuan untuk pembangunan masyarakat, perlu kiranya menyusun kerangka institusional yang akan memudahkan dalam penyuburan usaha ilmiah.
Dalam upaya mengoptimalkan kemampuan ilmu pengetahuan guna pembangunan masyarakat diperlukan proses pendidikan kader-kader profesional yang kompeten untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Fase awal yang harus dilalui dalam menumbuhkan sistem pendidikan ini, (mengingat kebutuhan akan hasil-hasil ilmiah baru) agaknya diperlukan pendobrakan secara radikal sehingga dapat mempercepat tujuan optimalisasi ilmu pengetahuan.
Ada dua hal yang kiranya dibutuhkan oleh PMII, yakni;
Pertama. Membentuk Barisan Pelopor Ilmiah.
Ialah terdiri dari mahasiswa-mahasiswa yang kreatif di bidang ilmunya, yang secara khusus digunakan pada front pembangunan sebagai pejuang ilmiah, sebagai pasukan penggerak. Tugas barisan pelopor ilmiah ini untuk menjalankan riset yang dapat menyelidiki mesin atau teknologi yang sudah ada sehingga dapat melahirkan inovasi dan invensi yang kreatif.
Riset yang dijalankan tersebut bersifat terapan (applied) dan teoritis (basic), guna menilai pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah dan sekaligus menjadi pertimbangan untuk dijadikan landasan dalam merumuskan public policy bagi pemerintah.
Pembentukan barisan pelopor ini merupakan suatu investasi yang bersifat strategis. Pendidikan yang diberikan untuk merangsang daya kreatif, ialah dengan membebaskan pikirannya dari segala kecenderungan ke arah absolutisme dan dogma untuk membangun intellectual curiosity dan creative imagination.
Maka setiap peninjauan mengenai pengerahan ilmu pengetahuan guna pembangunan, harus pula mencukupi penyesuaian pada kondisi kualitas masyarakat supaya dapat menjadi alat perubahan struktur kebudayaan (socio cultural change).
Pada fase ini, kader PMII sangat perlu mendapat didikan yang menanamkan padanya suatu orientasi umum yang kemudian diarahkan pada perubahan dan perbaikan.
Kedua. Revolusi Organisasi.
Sebagai upaya dalam rangka memobolisasi ilmu pengetahuan. Pendidikan kader memerlukan penegasan yang lebih tepat dan jelas jika hendak menunaikan kewajiban itu dengan hasil optimal. Kemampuan manajemen organisasi harus diberikan kepada kader kader agar pengajarannya lebih terarah kepada kebutuhan nyata di dalam masyarakat, guna berangsur-angsur mewujudkan peralatan konseptual yang akan dapat menjadikan kader-kader ini sebagai pelaksana revolusi organisasi yang lebih efektif.
Hal ini tentu menunjukkan pentingnya pendidikan disiplin, sebagai persiapan untuk tugas manajeria, yang akan berdampak dalam usaha pembangunan. Dalam hal meningkatkan kemampuan manajerial organisasi, kader harus memiliki kapasitas mengenai teknik-teknik analisa manajemen dan perencanaan organisasi(planning).
Perencanaan organisasi yang dimaksudkan adalah memperbarui arah organisasi yang bersandar pada suatu arahan umum, dengan menjalin komunikasi bottom-up (horizontal) yang bersifat inheren sehingga mencapai kohesi antara keinginan individu dan tujuaan organisasi (a massive flow of information).
Organisasi yang dijalankan harus bersifat impersonal agar terhindar dari tendensi ke arah groupthink, sehingga memerlukan adanya sanksi terhadap kerja organisasi yang kurang baik (underperformence).
GERAKAN: SOCIO-CULTURAL CHANGE
Pengembangan dayacipta suatu bangsa bukan saja berdasar kemampuan individu, melainkan suatu proses sosial yang ditentukan oleh kondisi sosial pula. Namun disisi lain, pembangunan cenderung masih dianggap sebagai proses pertumbuhan ekonomi yang bertumpu pada penanaman modal, tanpa memberikan perhatian terhadap pertumbuhan kualitas hidup masyarakat.
Hal demikian tidak dalam kapasitas untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan (sustained growth). Situasi ini menyebabkan perekonomian masyarakat, terkhusus di desa dalam keadaan stagnasi. Susunan sosial yang ada tidak dapat menyalurkan keinginan masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih makmur, adil dan sejahtera.
Sedangkan kekuatan-kekuatan politik di dalam masyarakat, di dalam kemampuan negara untuk menguasai alat-alat kebijakan masih dalam proses kristalisasi. Sebab proses pembangunan merupakan suatu proses sosial yang continuous dan dialektis, yang hanya dapat dipahami secara dinamis. Sehingga daya penggerak utama didalam usaha pembangunan ialah tekad suatu bangsa untuk maju.
Fenomena dan pergolakan diatas bisa jadi celah bagi PMII untuk mengambil peran dalam mendorong tekad masyarakat agar dapat menyalurkan keinginan mereka untuk mendapatkan kehidupan lebih baik.
Hal pertama yang harus dilakukan PMII ialah memberikan suatu bayangan akan kehidupan masa depan, suatu perspektif pertumbuhan (growth perspective) yang dapat memberikan arah kepada kekuatan-kekuatan dinamis di dalam masyarakat. Tentu kiranya kader-kader PMII harus memahami proses sosial dengan segala aspek dinamis dan strategis.
Kemudian yang kedua ialah mendorong masyarakat untuk mengorganisasikan diri guna keperluan pembangunan. Artinya, pentingnya organisasi sosial sebagai penyusun dan penyalur potensi-potensi yang terpendam di dalam diri masyarakat. Kedua hal tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah strategis sebagai berikut:
Pertama. Orientasi Perubahan; Human Mind
Suatu bangsa yang hidup bersama didalam suatu daerah, akan berangsur-angsur memberikan tanggapan terhadap proses perubahan sosial. Maka perlunya usaha pembinaan suatu masyarakat sebagai refleksi dari tekad mencari jalan sendiri, dan mencerminkan penolakan subjektif atas pola pembangunan negara dan sistem politik dan ekonomi yang telah ada.
Hal tersebut menuntut PMII untuk membangkitkan dan mengembangkan sebesar-besarnya daya kreatif masyarakat. Perlu di pupuk pada masyarakat suatu kepercayaanmengenai dayacipta mereka guna memperluas lingkungan kehidupan yang lebih baik.
Dengan cara membuka perspektif hari depan yang terang, dengan merangsang imajinasi, menghubungkan lingkungan-lingkungan masyarakat desa dengan kebutuhan-kebutuhan mereka, maka daya kreatif itu akan dapat diarahkan atau dibangkitkan kepada usaha pembangunan masyarakat.
Kedua. Orientasi Masa Depan; Community Development
Dinamika proses pembangunan dan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, memberikan tugas berupa menentukan kemampuan kreatifitas masyarakat.
Pengerahan daya kreatif merupakan faktor dorongan ke arah pembangunan masyarakat.
Karena seringkali kurang mendapat perhatian pemerintah yang mempengaruhi kebijakan umum demi tujuan merangsang faktor tersebut, gagasan kemajuan dan kepercayaan pada kemampuan masyarakat untuk memperbaiki hidupnya agar mencapai kemajuan dengan menggunakan dayacipta, menjadi tanggungjawab moril yang dilekatkan pada para kaum intelektual, cerdik-cendikiawan dan akademisi, termasuk PMII.
Penyusunan kekuatan kreatif masyarakat akan mendapat hasil yang diperlukan hanya dengan bantuan organisasi-organisasi yang muncul dari masyarakat itu sendiri. Pengerahan daya kreatif masyarakat tersebut harus dirangsang dan digerakkan.
Maka agaknya perlu penyusunan kekuatan tersebut jadi saluran guna mewujudkan dayacipta masyarakat sendiri, sesuai dengan kemampuannya sehingga memungkinkanterpeliharanya sikap kreatif dan aktivitas kreatif itu sendiri.
Penulis: Urtha Dwi N. (Kader PMII, Malang)