Oleh: @luthfiham
Tahun 2020 sudah berjalan enam hari ketika saya menulis tulisan singkat ini. Kalau anda mengikuti perkembangan berita lokal sampai internasional, tentu seminggu ini adalah hari-hari yang berat.
Ya, bagaimana tidak, banyak kejadian besar yang membuat kita berpikir: “Sejauh mana manusia bakal bertahan dengan baik di dunia atau bumi yang riuh ini?”
Ada beberapa bencana besar menimpa. Misalnya banjir besar di Jakarta dan kebakaran hebat di Australia. Keduanya disinyalir tidak lepas sebagai dampak dari perubahan iklim.
Belum lagi insiden pembunuhan yang dilakukan oleh Amerika Serikat terhadap Jendral Iran bernama Qassem Soleimani. Peristiwa yang kemudian mengakibatkan keluarnya ancaman balas dendam dari Iran, juga oleh beberapa analis dikhawatirkan memicu perang besar.
Ada lagi serangan bom di Burkina Faso juga protes atau demonstrasi besar yang terus terjadi di India dan Hong Kong.
Serta beragam kejadian lain, misalnya ketegangan yang terjadi di Natuna antara militer Indonesia dengan China.
Patutkah kita khawatir?
Jawabannya tentu iya. Mungkin sebagian besar kejadian tersebut jauh di luar Indonesia, tapi bagaimanapun, dunia kini telah jadi seolah desa kecil. Ujung ke ujung bisa dijangkau dalam hitungan jam.
Sehingga tentu, misalnya jika terjadi perang antara Amerika dan Iran, secara langsung atau tidak langsung Indonesia akan terdampak. Atau gejala pemanasan global yang terbukti menghadirkan beragam bencana yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Misalnya banjir dan kebakaran hutan dalam skala yang benar-benar besar dan baru.
Tapi, ini masih tahun baru. Seminggu lalu kata-kata optimis dan doa baik bertebaran dimana-mana. Juga masih ada 359 hari untuk dilewati.
Mengetahui kejadian-kejadian atau bencana di atas bisa mengantar kita pada stress dan kegilaan (crazy), jika meminjam istilah Hasan Minhaj dalam episode terakhir Patriot Act-nya di tahun 2019.
Ya, di tengah derasnya informasi yang bisa kita terima, juga begitu banyak gerakan yang mengharuskan kita untuk peduli dan terlibat di dalamnya, tahun 2020 adalah momentum baik untuk jeda sejenak lalu menutup beragam ‘tab informasi’ yang ada dalam kepala.
Tentu banjir informasi dan tarikan-menarik kepedulian ini tidak baik. Ia ibarat kita membuka puluhan aplikasi secara bersamaan di smartphone, yang menyebabkan daya tampung memori otak jadi rendah bahkan menyebabkan kinerjanya melemah.
Setelah istirahat sejenak, mulailah mengatur prioritas dan pilih satu topik yang benar-benar kamu kuasai, kamu mengerti, berkaitan dekat dengan hidupmu dan kamu bisa melakukan perubahan-perubahan nyata (walaupun kecil) apabila terlibat dalam gerakan di dalamnya.
Overthinking jelas tidak baik. Tapi begitulah ekses kemajuan informasi bagi manusia modern seperti kita.
Selamat menikmati 359 hari berikutnya.!!!