Kalau anda penggemar belanja langsung ke supermarket atau ke mall, pasti bakal betah berlama-lama di dalamnya. Mengunjungi Mall dan supermarket telah bertransformasi (atau memang dari awal diciptakan) dari sekedar belanja menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban, mereka yang hidup di kota-kota.

Budaya yang pelan dan pasti merambat ke daerah-daerah lewat masuknya investasi toko-toko ritel modern, misalnya Alfamart dan Indomaret.

Dua merek ritel yang kehadirannya ditengarai sebagai pesaing serius keberadaan pasar tradisional dan toko-toko kelontong, yang lebih dulu ada dan mewarnai kehidupan ekonomi masyarakat.

Yaa, meskipun keberadaan ritel-ritel tersebut tengah melambat pertumbuhannya, sebab shifting perubahan perilaku belanja. Orang sekarang sudah tidak lagi ke toko, cukup pesan online atau dengan jasa jemput barang yang tersedia dalam aplikasi transportasi daring.

Juga sebab perilaku belanja yang tadinya dengan keranjang ukuran besar, sekarang konsumen belanja dengan ukuran keranjang yang kecil, karena sudah banyak layanan jemput barang.

Walaupun pertumbuhannya cenderung melambat, keberadaan ritel modern terlanjur tumbuh bak jamur di musim hujan. Berikut beberapa trik-strategi yang mereka gunakan untuk menggenjot penjualan dan menarik konsummen untuk belanja lebih banyak ketika di dalam toko.

Pertama

Tata letak toko. Kalau anda (atau kita) sering merasa kebingungan dan tersesat di dalam supermarket, itu memang bagian dari strategi peritel untuk mengacaukan pikiran anda ketika di dalamnya.

Beberapa bahkan didesain mirip labirin, dimana anda akan diajak berputar-putar sehingga ketika sampai pada rak barang yang anda perlukan, dorongan untuk melakukan pembelian impulsif (dadakan) akan semakin tinggi.

Maksudnhya anda/kita akan membeli barang-barang murah yang sebelumnya tidak kita rencanakan untuk beli.

Misalnya dengan menempatkan beras dan sabun cuci di bagian belakang toko: kebanyakan orang membeli beras dan sabun cuci sebagai bagian dari belanja utama mereka.

Menempatkannya di bagian belakang toko memaksa Anda untuk berjalan melewati banyak lorong atau rak produk lain, meningkatkan kesempatan untuk membeli barang-barang yang tidak Anda butuhkan.

Kedua,

Bau manis, musik, dan tidak ada jam. Musik mendorong kita untuk berlama-lama: Musik dengan ritme yang lambat cenderung membuat Anda bergerak lebih lambat, artinya Anda menghabiskan lebih banyak waktu di toko.

Dan supermarket cenderung tidak memiliki petunjuk waktu eksternal: kebanyakan tidak memiliki jendela atau lampu langit, dan pembeli sering terdesak untuk menemukan jam.

Taktiknya sederhana:

Semakin lama Anda tinggal di toko, semakin banyak barang yang akan Anda lihat, dan semakin banyak barang yang Anda lihat, semakin banyak yang akan Anda beli.

Dan supermarket menyediakan banyak barang. Supermarket rata-rata, membawa 44.000 item berbeda, dan banyak membawa puluhan ribu lagi. Volume pilihan yang tersedia cukup untuk mengirim pembeli ke keadaan yang berlebihan informasi.

Tuntutan melakukan banyak pengambilan keputusan dengan cepat menjadi terlalu berat bagi kita. Setelah sekitar 40 menit berbelanja, kebanyakan orang berhenti berjuang untuk menjadi selektif secara rasional, dan malah mulai berbelanja secara emosional, itulah titik di mana kita mengumpulkan 50 persen barang di gerobak belanja (troli) kita yang tidak pernah kita inginkan untuk dibeli.

Ditambah aroma roti panggang yang manis, membuat supermarket jadi begitu terasa nyaman untuk lama-lama di dalamnya.

Ketiga

Troli dan keranjang belanja berukuran besar. Keranjang belanja berukuran besar tidak hanya memungkinkan Anda untuk membeli lebih banyak lagi, sebuah keranjang setengah kosong membuat Anda merasa kehilangan sesuatu.

Atau membuat anda merasa ada yang kurang jika tidak terpenuhi, dari sanalah dorongan membeli lebih banyak muncul. 

Keempat

Penempatan rak. Item-item atau produk yang paling menguntungkan akan diletakkan sejajar dengan posisi mata pembeli, sehingga ketika anda ingin membeli sabun cuci yang biasanya ada di bagian bawah rak, anda harus melihat beberapa produk misalnya pewangi dan sebagainya di bagian atas.

Kelima

Item di barisan kasir/checkout. Salah satu posisi paling menguntungkan bagi pembelian  ritel adalah di antrian kasir atau juga pintu keluar.

Maka tidak heran jika di depan kasir sering dijumpai snack dan permen karet, atau tabloid dan sejenisnya, sehingga ketika anda menunggu antrian pembayaran atau sambil menunggu kasir menghitung biaya belanja anda, secara tiba-tiba anda menambah belanjaan jajanan tadi. Sebab memang disediakan disana.

Keenam

Menempatkan kedai kopi di pintu masuk: aroma kopi yang baru dipanggang sangat kuat dan menarik orang ke toko ritel.

Dengan cara yang sama, kebanyakan department store menempatkan counter parfum mereka di pintu masuk, untuk memanfaatkan aroma yang kuat sebagai ‘kail’ untuk memancing orang masuk. 

Ketujuh

Promosi dan diskon di tepi lorong: menempatkan penawaran khusus di pinggir lorong utama berarti lebih banyak orang akan terpapar pada mereka.

Promosi terbesar selalu berada di pinggir lorong utama juga di meja kasir (sekalian kadang ditawarkan oleh penjaga kasir) sehingga semua orang bisa melihatnya. Belum lagi jika ditambah pengunjung bioskop yang musti di lantai paling atas, dan tanpa lift (atau kalau ada susah ditemukan lokasinya) sehingga memaksa untuk menaiki elevator satu persatu.

Dengan mengetahui strategi ritel tersebut, semoga anda (atau kita tentunya) bisa lebih bijak dalam membelanjakan harta. Juga tidak tergolong orang-orang musrifin, boros. Itu juga kalau anda (atau kita tentunya) masih peduli, toh uang hasil-hasil usaha anda sendiri.

Referensi dari Tempo.co dan beberapa terjemahan bahasa inggris dari www.quora.com