Dulu, wanita merupakan pasar potensial yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis yang menggarap kategori personal care. Dulu juga ada istilah pria metroseksual, yaitu pria yang lebih peduli pada perawatan tubuh dan cara berbusananya.

Namun, istilah ini sekarang mungkin sudah hampir tak berlaku. Tak ada lagi pria metroseksual, karena rata-rata pria sekarang ini sudah peduli pada perawatan tubuh dengan menggunakan produk-produk perawatan kulit dan kosmetik untuk pria.

Berdasarkan sebuah survei yang dilakukan terhadap 1.000 pria di Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 2013, pria saat ini merasakan tekanan yang meningkat untuk “mempercantik” diri mereka.

Penelitian berjudul “The State of Men” dan dilakukan oleh perusahaan pemasaran J. Walter Thompson ini menemukan bahwa 54 persen pria saat ini secara teratur menggunakan produk perawatan kulit seperti pelembab dan krim mata.

Sedangkan menurut hasil survey yang dirilis Kantar Worldpanel Indonesia baru-baru ini, yang menunjukkan bahwa pertumbuhan penetrasi di kategori personal care untuk segmen pria jauh lebih tinggi dibandingkan wanita.

Tren itu menyiratkan bahwa saat ini konsumen mencari produk personal care yang relevan dengan diri mereka serta yang sanggup memenuhi kebutuhan personal mereka.

Masih menurut Kantar Worldpanel Indonesia, jika dibandingkan tahun 2015, maka pada tahun 2016,  ada tiga produk yang memiliki pertumbuhan penetrasi yang sangat tinggi di kategori personal care yang menyasar segmen pria. Ketiganya adalah produk shampoo, pembersih wajah, dan deodoran.

Produk Perawatan Tubuh Khusus Pria, Perlukah?

Dalam banyak iklan, baik di TV, media social dan sebagainya, perawatan kulit yang khusus ditujukan untuk pria. ‘For Men’, ‘For Him’, atau apapun istilahnya.

Selain perbedaan pada desain kemasan produk (produk khusus pria biasanya didominasi warna hitam dengan desain maskulin, sementara produk wanita biasanya berwarna pink, putih, desain feminin berbunga, dan sebagainya), apa sebenarnya yang membedakan produk perawatan pria dan wanita?

Apakah segregasi terebut sekedar trik pemasaran?

Faktanya, menurut artikel di website womantalk.com, kulit pria memang 25% lebih tebal dari kulit wanita, sehingga kulit pria tidak sesensitif wanita dan lebih tahan terhadap bahan aktif yang lebih kuat. Akan tetapi, menurut Dr. Bobby Buka, dermatolog dari New York, kepada The Huffington Post, perbedaan utama pada produk perawatan kulit pria dan wanita hanya satu: pewangi.

Pewangi pada produk pria lebih maskulin, sementara produk wanita lebih feminin atau flower-based. “Pewangi pada produk pria dan wanita berbeda, tapi jika bicara soal kandungan bahan-bahan untuk kulit pria vskulit wanita, sebenarnya nyaris identik,” ujar Dr. Buka.

Pergerseran Perilaku ‘Mars’ ke ‘Venus’

Hermawan Kertajaya dalam buku ‘Marketing in venus’ (2003), menyatakan apabila dilihat dari karakter konsumen yang emosional jelas diduduki posisinya oleh wanita, tetapi menurut Hermawan dunia sudah terbalik kaum pria ternyata sekarang jauh lebih emosional disbanding wanita.

Digambarkan dunia mars yang dihuni lelaki sekarang berubah menjadi Venus yang banyak dihuini kaum wanita. Dari perubahan trend pola prilaku inilah lahirlah fenomena “Metroseksual” dalam trend pemasaran, istilah ini diambil dari penulis Inggeris Mark Simpson yang mengartikan konsumen metroseksual ini sebagai “sosok pria dandy yang mencintai dirinya sendiri (narcisis) dan juga gaya hidup urbannya”

Menurut Hermawan fenomena ini lahir akibat banyaknya wanita bekerja disektor yang dahulu didominasi kaum pria sehingga proporsi kerja kerah putih ini semakin bertambah yang menyebabkan pria dituntut tampil menarik dan promosi trend majalah pria yang merubah image pria dandy dan fashionable.

Tentu, pada beberapa tahun yang akan datang, tren perilaku ini akan terus ada bahkan berkembang. Ditopang oleh iklan, pergeseran peran pria-wanita dan juga kondisi lingkungan.