Oleh: Luthfi Hamdani
Saat ini di Asia, delapan puluh persen pekerjaan masih dihuni laki-laki. Tapi, kalo suatu saat pergeseran (shifting) ini terus terjadi, masyarakat juga musti siap, terbiasa dan ndak kagetan.
Kasus nyata. Saya sering ngopi dengan teman-teman pria sesama pencari kerja. Dari sekian banyak keluhan mereka, yang lumayan sering terlontar adalah: “Asem tenan, saiki onone lowongan kerjo akeh butuhe pegawai wedhok (cewek).”
Tantangan nyata berupa menjadi ‘bapak rumah tangga’ dengan berbagai peran yang sebelumnya diisi perempuan: bukan hal tabu..!! Sementara perempuan gantian bertugas menjaga finansial keluarga. (Kecuali ‘shifting’ ini berefek samping adanya fenomena ndak banyak yang mau menikah.)
Di kota-kota, mungkin adaptasinya lebih cepat. Sementara di desa-desa, prediksi saya ndak bakal terlalu lama, asal akses informasi digital terus mudah, murah-meriah.
Catatan ini adalah komentar terhadap artikel menarik dari Sri Mulyani dan Anne-Birgitte di situs web www.weforum.org. Berikut link-nya: