Selain menegaskan kembali komitmen mereka untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, para pemimpin dunia yang berkumpul untuk KTT Aksi Iklim PBB pada september 2019 lalu juga membahas bagaimana sektor publik dan swasta dapat bekerja sama untuk mengatasi perubahan iklim. Mereka harus fokus pada peran keuangan swasta, yang tanpanya tidak akan ada transisi ramah lingkungan (green) .

Para pemimpin dunia berkumpul di PBB di New York minggu ini untuk membahas perjuangan global melawan perubahan iklim, dan untuk menyerahkan komitmen pengurangan emisi baru. Mengingat skala krisis iklim saat ini, kita tidak bergerak secepat yang seharusnya. Ibarat mengendarai kendaraan bermotor, kita terlalu lama terjebak di ‘gigi dua’. Mempercepat langkah perubahan akan membutuhkan kombinasi upaya dari semua aktor, yaitu publik dan swasta.

Untungnya, sudah ada koalisi sektor swasta yang tumbuh yang didedikasikan untuk memerangi perubahan iklim, melalui karya Climate Finance Leadership Initiative (CFLI). Dipimpin oleh Michael Bloomberg, Utusan Khusus PBB untuk Aksi Iklim, CFLI diciptakan untuk memobilisasi modal swasta di tingkat global dalam menanggapi masalah kritis ini.

Bulan september lalu, CFLI merilis laporan baru, Pembiayaan Masa Depan Rendah Karbon (Financing the Low Carbon Future), yang menguraikan cara keuangan ramah lingkungan (green)  dapat ditingkatkan untuk mendukung transisi tertib ke ekonomi rendah karbon, dan mengidentifikasi peluang untuk kemitraan publik-swasta untuk memenuhi tujuan dari perjanjian iklim Paris 2015.

The EIB (European Investment Bank) adalah investor multilateral terbesar dalam proyek-proyek terkait iklim di dunia. Tetapi sekarang, menjawab panggilan kepala negara Eropa dan Presiden Komisi Eropa terpilih Ursula von der Leyen, Werner Hoyer (Presiden dari EIB) bermaksud untuk meningkatkan ambisi kita dan memperkuat peran EIB sebagai bank iklim khusus Uni Eropa.

Dengan mengarusutamakan pertimbangan iklim dan menargetkan investasi rendah karbon, EIB akan dapat menyalurkan setidaknya € 1 triliun ($ 1,1 triliun) menuju proyek-proyek rendah karbon selama dekade berikutnya.

Untuk mencapai hal ini, setidaknya 50% dari pembiayaan EIB akan didedikasikan untuk aksi iklim dan kelestarian lingkungan pada tahun 2025. Dan pada akhir tahun 2020, EIB akan menyelaraskan semua kegiatan pembiayaannya dengan tujuan dari perjanjian iklim Paris.

Sebagai langkah awal yang penting, EIB akan menghapus proyek energi yang bergantung pada bahan bakar fosil. Dan akan memposisikan EIB sebagai inkubator untuk keuangan ramah lingkungan (green)  dan keahlian untuk memobilisasi orang lain, membantu semua sektor ekonomi melakukan transisi ke masa depan rendah karbon.

Sebagai bank Uni Eropa, diejlaskan bahwa misi EIB  adalah berinvestasi di masa depan Eropa, dan tidak ada masalah yang lebih penting daripada perubahan iklim. Kekuatan tekad EIB mencerminkan urgensi krisis iklim.

Hanya musim panas ini, negara-negara di seluruh Eropa menderita melalui suhu yang memecahkan rekor dan mengurangi hasil panen, karena kekeringan tahun lalu. Dan banyak negara berkembang memiliki pengalaman serupa.

Banjir dan fenomena berbasis iklim lainnya kini menelan biaya miliaran dolar setiap tahun, selain membahayakan nyawa. Tetapi krisis iklim juga merupakan peluang, karena pendanaan untuk infrastruktur ramah lingkungan (green) yang baru akan menciptakan lapangan kerja, memacu pertumbuhan ekonomi, dan mengurangi polusi udara yang mencekik kota-kota dunia.

Mengubah pola investasi akan mempercepat pergeseran dari bahan bakar fosil yang sudah berlangsung. Kekuatan pasar semakin menyukai energi bersih daripada bahan bakar fosil. Lebih dari setengah pembangkit listrik tenaga batu bara di Amerika Serikat telah pensiun sejak 2011, dan negara ini sekarang memiliki 3,3 juta pekerjaan dalam energi bersih, dibandingkan dengan kurang dari 100.000 di pertambangan batu bara.

Selain itu, semakin banyak kota dan negara bagian AS telah berkomitmen untuk mencapai emisi bersih nol pada tahun 2050. Mereka akan mendapat dukungan dari Beyond Carbon, sebuah inisiatif yang diluncurkan oleh Bloomberg Philanthropies tahun lalu untuk mengadvokasi dekarbonisasi penuh ekonomi AS.

Sebagai komunitas internasional, kita tidak hanya harus meningkatkan investasi dalam energi bersih, tetapi juga memotong pendanaan untuk energi kotor. Sebagaimana yang terjadi, EIB pada dasarnya membayar untuk mempromosikan perubahan iklim dan polusi udara melalui subsidi bahan bakar fosil.

Dana publik itu perlu diarahkan ke investasi pada kendaraan listrik dan teknologi pengubah permainan lainnya yang akan mendorong transisi ramah lingkungan (green). Investasi semacam itu akan memiliki pengembalian (returns) yang luas, paling tidak dengan mengurangi jumlah korban polusi udara yang besar dampaknya bagi kesehatan masyarakat.

Di luar itu, ada sejumlah langkah tambahan yang bisa kita ambil untuk mengumpulkan dana yang diperlukan.

Pertama, kita harus meningkatkan data dan standar pengungkapan. Karena bisnis dan investor lama dalam kegelapan tentang risiko terkait iklim, mereka tidak merasa cocok untuk memotong emisi karbon atau melindungi aset dari cuaca ekstrem. Perilaku itu kini mulai berubah. Rekomendasi dari Satuan Tugas untuk Pengungkapan Keuangan terkait Iklim membantu pelaku bisnis mengalokasikan modal lebih berkelanjutan, dan memungkinkan investor untuk menghargai perusahaan yang menganggap serius perubahan iklim.

Kedua, kita harus mengklarifikasi risiko investasi yang terkait dengan keuangan ramah lingkungan (green) . Kota bertanggung jawab atas lebih dari 70% emisi karbon dioksida, tetapi hanya beberapa kota di negara berkembang yang memiliki peringkat kredit yang baik. Akibatnya, investasi keseluruhan dalam transportasi massa yang bersih (clean mass transit), bangunan hemat energi, dan proyek-proyek lain untuk mengurangi emisi sering dipinggirkan. Pemerintah dan bank umum dapat berbuat lebih banyak untuk membantu kota-kota menarik modal untuk proyek-proyek seperti itu melalui inisiatif seperti Global Covenant of Mayors for Climate & Energy, yang didukung oleh EIB dan dipimpin oleh Bloomberg Philanthropies.

Ketiga, kita perlu memodernisasi jaringan listrik. Insentif seperti potongan harga dan kredit pajak memungkinkan perluasan tenaga angin dan matahari, dengan menekan biaya untuk bisnis dan konsumen. Kita sekarang harus memperkenalkan program serupa untuk mempercepat penyebaran penyimpanan baterai dan teknologi menjanjikan lainnya yang diarahkan untuk mengatasi masalah intermittensi.

Selain itu, konektivitas jaringan yang lebih baik akan memungkinkan daerah dengan surplus tenaga angin dan matahari untuk memasok mereka yang lebih banyak permintaan daripada pasokan. Pemerintah dapat memimpin di kedua bidang tersebut untuk mendorong lebih banyak investasi swasta dalam tenaga bersih.

Akhirnya, kita harus terus memperluas pasar untuk investasi ramah lingkungan (green) . Sejak 2007, ketika EIB meluncurkan obligasi ramah lingkungan (green)  pertama di dunia, di Bursa Efek Luxembourg, pasar obligasi ramah lingkungan (green)  telah tumbuh lebih dari $ 136 miliar. Tapi itu masih hanya setetes di lautan pasar obligasi global sebesar $ 100 triliun.

Karenanya, EIB membantu UE mengembangkan taksonomi standar untuk keuangan berkelanjutan, sehingga investor dapat membandingkan dengan setimbang (apples with apples), seperti dalam kasus obligasi standar apa pun.

Informasi yang lebih baik dan lebih banyak tentang investasi jejak karbon akan memungkinkan investor untuk membuat keputusan berdasarkan informasi, sehingga mendorong lebih banyak investasi swasta ke proyek-proyek rendah karbon. Itulah cara EIB membiayai transisi ramah lingkungan (green).

_______________________________

Disadur dari artikel WERNER HOYER (President of the European Investment Bank), dengan judul asli “How to Finance the Green Transition”. Lihat https://www.project-syndicate.org/commentary/financing-the-green-transition-by-werner-hoyer-2019-09