Yang bahaya dari pembaca buku itu ketika;

  1. Masih baca pendahuluan, lalu berhenti dan meng-generalisir kesimpulan lembar-lembar berikutnya. Jadi mencukupkan diri untuk membaca detil-detil dan data maupun fakta menarik didalamnya.
  2. Yang lebih bahaya, kalau masih baca daftar isi, sinopsis, desain sampul dan testimoni tokoh-tokoh, lalu berhenti dan bicara dalam hati; ‘ah pasti gagasannya itu-itu saja.’ Atau ‘Ah, alur ceritanya gampang ketebak.’
  3. Yang lebih bahaya, mencukupkan diri (enggan) membuka sama sekali, kemudian jadi gampang emosi, pikiran stigmatik, mudah ketipu, dan berkomentar diluar kapasitasnya. Ini yang bikin dunia maya dan nyata kita serba bising.

Suatu saat, ketika ilmu sudah diangkat. Manusia akan mengangkat tokoh-tokoh yang bodoh untuk dimintai fatwa. Hla, bukannya mencerdaskan, mereka malah bakal bikin ribet sebab berargumen tanpa ilmu (dan buku tentunya). Maka, terciptalah hubungan yangsesat dan menyesatkan (dhalluu fa adhalluu). [Paragraf terakhir dari HR. Muslim 4828]