Indonesia masih mengalami permasalahan dengan minat baca masyarakat. Berdasarkan hasil studi “Most Littered Nation In The World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University pada tahun 2016, Indonesia dinyatakan menempati peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Masalah rendahnya minat baca tersebut ada kecenderungan dialami pula oleh mahasiswa pula. Dimana mahasiswa sebagai salah satu elemen terdidik dalam masyarakat, seharusnya menjadi katalisator budaya akademik, yaitu membaca, berdiskusi dan menulis.
Namun fenomena yang sering kita jumpai mereka sendiri masih sangat rendah minatnya untuk membaca.
Disamping permasalahan rendahnya minat baca tersebut, aspek ekonomi menjadi tema yang sangat sering dibahas saat ini. Ekonomi menjadi salah satu faktor paling dinamis yang mempengaruhi perubahan kondisi sosial masyarakat.
Dua isu utama yang muncul yaitu mulai meluasnya penggunaan ekonomi digital dan dampak inovasi disruptive (disruptive innovation) pada dunia usaha.
Berdasarkan laporan Tim Edisi Khusus Outlook Ekonomi Digital 2018 Majalah Tempo, tahun 2015 lalu, orang yang berbelanja online baru 7,4 juta jiwa dengan transaksi Rp 48 triliun.
Di tahun 2017, angka itu naik menjadi 11 juta dengan total transaksi Rp 68 triliun. Meski belum diketahui persisnya, taksiran total transaksi tahun ini mencapai Rp 95,48 triliun.
Di sektor perbankan, sebagai contoh jumlah transaksi digital BCA sudah sebanyak 5,27 miliar, atau mencapai 97% dari keseluruhan transaksi nasabah mereka. Sedangkan untuk transaksi di kantor cabang hanya sekitar 159 juta transaksi.
Sementara dampak inovasi ekonomi disruptif dari era revolusi industri 4.0 sudah jamak kita ketahui. Revolusi industri 4.0 sendiri dibangun diatas perkembangan teknologi internet.
Misalnya sebagai contoh adalah tukang ojek dan perusahaan taksi konvensional yang kehilangan pangsa pasar sebab kehadiran aplikasi seperti Gojek, Grab dan sebagainya.
Dua fenomena ekonomi tersebut hanya contoh kecil bagaimana saat ini ekonomi bergerak begitu cepat dan dinamis. Masih banyak tantangan yang perlu dihadapi masyarakat Indonesia dalam aspek ekonomi di masa yang akan datang.
Oleh karena itu, masyarakat terutama civitas akademika kampus, harus memiliki banyak data, referensi, juga kompetensi untuk menghadapi kondisi tersebut.
Kehadiran Bank Indonesia (BI) Corner bisa menjadi solusi strategis dari dua tantangan tersebut. Di perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, lokasi penulis menjalani studi, BI Corner merupakan perpustakaan mini yang menyediakan sekitar dua ratus jenis buku ekonomi seperti bisnis, perbankan, managemen ekonomi Islam, perbankan syari’ah, hukum perbankan, perpajakan, ensiklopedia dan masih banyak lainnya.
Keunggulan BI Corner, selain menyediakan buku dan bahan bacaan terbaru juga dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti komputer dan televisi (Audio Visual) untuk menunjang informasi dan memberikan kenyamanan bagi mahasiswa.
Melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bertajuk Program Sosial Indonesia Cerdas, keberadaan BI Corner bertujuan untuk mengedukasi masyarakat khususnya civitas akademik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tentang ekonomi dan dunia perbankan.
Sehingga dengan ini pula diharapkan mereka secara khusus mengenal lebih jauh tentang fungsi dan tugas Bank Indonesia.
Sementara itu, berdasarkan riset sederhana yang penulis lakukan, rendahnya minat baca mahasiswa disebabkan beberapa faktor, di antaranya: mahalnya harga buku bacaan umum di toko-toko buku, suasana di perpustakaan kurang nyaman atau membosankan dan faktor kurangnya kebiasaan membaca sejak kecil.
BI Corner dengan desain layout dan interior yang modern serta adanya perlengkapan audio visual, mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pembaca.
Terobosan ini mampu menghilangkan kesan perpustakaan yang cenderung membosankan, dengan buku-buku lama dan kurang menarik minat pengunjung.
Di BI Corner pula sering dilaksanakan agenda kajian atau diskusi tentang ekonomi dan khsusunya tentang perbankan, dengan menghadirkan praktisi maupun akademisi dari kampus sendiri.
Agenda kajian semacam ini bisa menjadi daya tarik awal bagi mahasiswa untuk mencari bahan bacaan dari gagasan dan informasi pembicara yang masih kurang dipahami.
Sehingga dengan keberadaan BI Corner, ada dua dampak positif yang bisa dirasakan, yaitu: mulai semaraknya diskusi dan menulis serta mahasiswa maupun civitas akademik pada umumnya bisa lebih siap menghadapi era ekonomi disruptif yang kedepan akan lebih besar tantangan dan ketidakpastiannya.
REFERENSI
https://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan.ke-60.dunia
https://keuangan.kontan.co.id/news/transaksi-digital-bca-sebesar-97-dari-total-transaksi
Artikel ini pertama kali ditulis untuk ikut serta dalam kompetisi artikel GenBI Solo, 2018