Puisi adalah seni merangkai kata, mengukir makna, dan membentuk lekukan bahasa yang dapat menggugah rasa. Dalam Nanti Ketika di Malang, Faruq Bytheway menghadirkan sebuah kumpulan puisi yang tidak sekadar menjadi rangkaian kata, tetapi juga pahatan perasaan, pengalaman, dan perenungan. Seperti geguritan dalam tradisi Jawa, setiap bait dalam buku ini menghadirkan kedalaman emosi dan ketajaman refleksi, mengajak pembaca untuk menyelami dunia batin yang penuh nuansa.
Kumpulan puisi ini menawarkan perjalanan emosional yang beragam. Dari kegelisahan sosial dalam Retorika Kesejahteraan Rakyat hingga kerinduan mendalam dalam Setangkai Mawar Yang Kurindukan, setiap puisi memancarkan kejujuran yang menyentuh. Di sisi lain, puisi seperti Pemimpin Yang Tak Berpengalaman menjadi refleksi tajam atas kondisi sosial dan politik, sementara Pagimu Sunyi dan Di Harapkan Untuk Tidak Bertemu menghadirkan kesunyian yang melankolis. Buku ini adalah ruang di mana kata-kata menjelma menjadi pengalaman batin yang bisa dirasakan siapa saja yang membacanya.
Dalam puisinya, Faruq Bytheway bukan hanya menuliskan kisah dirinya, tetapi juga kisah banyak orang. Ia menghadirkan fragmen-fragmen kehidupan dengan diksi yang kuat dan sederhana namun membekas. Beberapa puisi dalam buku ini berbicara tentang cinta yang nyata, tentang rindu yang tak kunjung reda, dan tentang takdir yang kerap berjalan di luar kendali manusia. Melalui puisi Bila Nanti dan Kuasa Rindu, misalnya, ia mengajak pembaca untuk merasakan getirnya jarak dan manisnya harapan yang masih tersisa.
Sebagaimana diungkapkan oleh Eko Saputro, puisi adalah ukiran bahasa yang memancarkan keindahan dan makna. Faruq Bytheway berhasil menghidupkan pernyataan ini dalam puisinya—ia tidak hanya menulis, tetapi juga memahat kata-kata menjadi karya yang bisa diraba dan dirasakan kedalamannya. Dalam Malam Di Alismu dan Pada Subuh, misalnya, ia merangkai kata-kata yang seakan melayang di antara realitas dan imajinasi, membentuk suasana yang begitu puitis dan reflektif.
Sebagai buku perdana, Nanti Ketika di Malang adalah perkenalan yang kuat dari seorang penyair yang rimbun rasa dan kukuh dalam keyakinan. Buku ini menjadi wadah bagi pembaca untuk menelusuri perjalanan batin, menyelami makna cinta, kehilangan, harapan, serta refleksi atas kehidupan. Sebagaimana dikatakan oleh Rara Zarary, puisi-puisi dalam buku ini membawa pembaca tenggelam dalam aneka rasa yang disajikan, membiarkan kata-kata meresap dalam hati dan meninggalkan kesan yang mendalam.
Dengan gaya penulisan yang menggugah, Nanti Ketika di Malang tidak hanya menjadi kumpulan puisi, tetapi juga sebuah pengalaman membaca yang mengajak kita memahami diri sendiri dan orang lain. Bagi pencinta sastra, buku ini adalah sebuah perjalanan emosional yang penuh dengan keindahan kata dan ketajaman makna.
Berangkat dari penghayatan atas situasi hidup di sekitar kotanya, Faruq Bytheway mencoba mengungkapkan kegelisahan batin dalam proses pencarian jati diri seraya menghadirkan tanggapan terhadap lanskap sosial yang dilihatnya. Faruq telah melakukan apa yang semestinya menjadi pijakan seorang penyair: mengakrabi suasana dan peristiwa di lingkungan terdekatnya.
(Joko Pinurbo)
Cover: Soft
Penerbit: CV. Indonesia Imaji
Harga: Rp. 50.000,-
ISBN: 978-123-4567-89-7
Penulis: Faruq Bytheway
Original price was: Rp60.000,00.Rp50.000,00Current price is: Rp50.000,00.
Reviews