Penulis: Drs. H. Mustofa Alchamdani, M.SI

Syukur adalah ucapan yang patut kita lontarkan atau persembahkan kepada sang maha Pencipta, diteruskan dengan merefleksikan dalam amaliah sehari-hari berdasar kemantapan hati bahwa semua nikmat berasal dari pemberian Allah yang maha Rahman dan Rahim.

Nisfu Sya’ban telah kita lalui, hari demi hari di bulan Sya’ban yang mulia ini semakin habis meninggalkan kita, menuju bulan Ramadhan. Maka jangan sia-siakan akhir bulan sya’ban ini dengan beragam amal baik, serta mari meningkatkan potensi sikap sabar dalam diri kita.

Setiap manusia pasti menghadapi problematika dalam menapaki kehidupannya dan sikap sabar adalah kunci untuk membuka atau menyelesaikan beragam ujian yang diujikan oleh Allah SWT kepada hambanya. Sementara orang-orang yang sabar akan mendapatkan pahala yang besar disisi Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu kami (Allah) beri pahala dengan tanpa terhitung” (QS. Az Zumar:10)

Sabar itu setidak-tidaknya ada dua macam, yaitu:

Pertama. Sabar dalam menetapi atau menjalankan perintah-perintah Allah SWT, dan menjauhi larangan-laranganNya. Maka bulan sya’ban ini adalah momentum yang tepat bagi kita untuk meningkatkan kualitas ketundukan dan kepatuhan sebagai hamba (makhluk) kepada sang Khaliq. Sebab pada bulan ini amaliah manusia diangkat untuk dipersembahkan kepada zat yang maha kuasa.

Di samping itu, juga sebagai proses pembelajaran menghadapi bulan yang agung yakni Ramadhan kelak. Maka tiada kata lain kecuali lisan dan hati kita dihiasi dengan istighfar, tasbih, tahlil dan membaca Al-Qur’an secara istiqamah.

Di sisi lain, dalam diri kita ada hawa nafsu yang harus dimanajemen semaksimal mungkin agar terhindar dari perbuatan durhaka dan maksiyat. Hawa nafsu ini  terus-menerus ditunggangi setan supaya manusia terjerumus ke dalam jurang kenistaan yang dalam.

Maka tidak mengherankan bila Allah SWT memberikan pahala yang amat besar kepada orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, sebagaimana firman-Nya:

Artinya: “Adapun orang-orang yang takut kepada keagungan/kebesaran Tuhan dan menahan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surge yang kelak jadi tempat tinggalnya.” (QS. An Naziat: 40)

Oleh Karena itu, marilah memantapkan hati dan fikiran secara konsekuen untuk terus istiqamah dengan penuh keikhlasan, ketundukan dan kesabaran dalam mengabdi  kepada Allah SWT. Serta mari berikhtiar dan tawakkal secara maksimal untuk mengendalikan hawa nafsu agar terhindar dari kemaksiatan.

Kedua. Sabar dari perkara yang mengenai kita.

Sebagai manusia, kita pasti tidak terhindar dari dua perkara berupa hal-hal yang menyenangkan dan beragam halyang menyusahkan. Maka jika mendapatkan nikmat dan kesenangan sudah sepantasnya bersyukur kepada Allah SWT.

Tetapi sebaliknya apabila suatu saat diberi ujian oleh Allah SWT berupa kesusahan baik berupa keluarga, harta benda, kesehatan dan sebagainya, maka yang patut kita persembahkan adalah keikhlasan, kesabaran dan lapang dada. Hal ini sebab segala ujian datangnya dari Allah SWT. Allah berfirman:

Artinya:”Dan akan kami (Allah) berikan cobaan kepada kamu semua dengan sesuatu dari rasa takut dan lapar, dan kekurangan harta benda dan jiwa serta buah-buahan. Dan berilah (wahai Muhammad) kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah Ayat 155)

Pada akhirnya yang bisa kita perbuat adalah menerima ujian dari Allah SWT dengan penuh kesabaran dan terus berikhtiar, bertawakal agar problematika kita bisa terselesaikan dengan bimbingan Allah SWT.

Yakinlah bahwa Allah memberikan cobaan kepada manusia sesuai dengan kadar kemampuan manusia, sehingga mantaplah bagi diri kita apapun problematika dalam hidup ini dengan usaha dan doa akan diberikan solusi terbaik dari Allah SWT.