Keakraban ditampilkan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in. November lalu, pemimpin kedua negara yang yang baru saja menyepakati peningkatan status hubungan bilateral tersebut, berkunjung ke salah satu pusat perbelanjaan di Bogor.
Dengan kemeja putih dan celana hitam khas Presiden Jokowi, keduanya tampak menunjungi dan memilih produk di stan baju batik dan minum ice tea, merek lokal.
Keakraban yang ditampilkan di website presiden.go.id tersebut, setidaknya memberikan makna tentang bagaimana kedepan akan dibangun kemitraan strategis sepsial antara kedua negara.
Hubungan yang secara positif diharapkan mampu menjadi media untuk saling berbagi keahlian, mendapatkan modal atau investasi dan sumberdaya
Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Jokowi sedang gencar-gencarnya mengembangkan ekonomi-industri kreatif. Bagi Indonesia, industri kreatif tentu diharapkan mampu jadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara Korea Selatan sudah ‘beberapa langkah’ lebih maju dalam mengoptimalkan potensi ekonomi dari Industri kreatif.
Industri kreatif hiburan K-Pop sejauh ini mampu merajai pasar musik benua Asia, bahkan beberapa juga cukup digemari di Eropa dan Amerika. Belum lagi K-Drama atau drama Korea juga cukup luas pangsa pasarnya, bukan hanya regional Asia.
Dengan disepakatinya kemitraan strategis spesial ini, baik pemerintah maupun pelaku usaha kreatif bisa lebih mendapat akses untuk mempelajari kreatifitas, kedisiplinan dan cara pemasaran Industri kreatif Korea.
Yang lebih hebat dan perlu diperkuat kerjasamanya adalah pada bagaimana strategi Korea Selatan menintegrasikan budaya pop mereka dengan produk industri, sebagai bagian integral dari Internasional Marketing Korea Selatan, yang di bangun oleh suatu sistem Korean Incorporated.
Sebagaimana kita ketahui, setali tiga uang dengan digandrunginya budaya pop Korea oleh masyarakat kita, produk dan merek dari Korea Selatan seperti Samsung, LG, Daewoo, Hyundai, Lotte dan sebagainya mula melambung juga nama serta penjualannya.
Mereka dengan pandai memanfaatkan ketenaran artis-artis Korea guna mendongkrak awareness atau kepedulian serta kepekaan konsumen terhadap merek mereka.
Begitulah, Korea melakukan infiltrasi menggunakan gaya hidup popular ala negeri mereka, guna tujuan ekspansi serta infiltrasi pasar internasional yang lebih luas.
Dalam bidang pariwisata, dengan slogan “Imagine Your Korea”, negeri gingseng ini juga terus meningkat branding-nya. Tentu semua masih terintegrasi dengan ekspansi budaya pop mereka.
Sehingga tidak heran jika The Korean Tourism Organisation (KTO) menargetkan 20 juta kunjungan wisata pada tahun 2020.
Melihat prestasi Korea Selatan dengan peningkatan industri dan kemampuan ekspansi pasar menggunakan budaya pop mereka, pemerintah dan masyarakat Indonesia tentu harus optimis.
Ditengah fenomena bahwa pasar tidak lagi hanya berskala nasional namun sudah global, juga fakta bahwa kita memiliki keragaman dan keunikan budaya yang sangat tinggi, strategi integrasi yang digunakan Korea Selatan tentu jadi contoh yang sangat ‘potensial’ untuk diterapkan.
Tentu usaha untuk menciptakan brand atau merek yang akan mewakili identitas ekspansi budaya Indonesia memerlukan waktu yang lama. Identitas yang bisa saja di awal disebut ‘kurang menarik’ atau aneh oleh masyarakat juga pasar internasional, namun bisa berubah begitu digandrungi dikemudian hari, sebagaimana drama korea dan musik pop Korea.
Sehingga, kekayaan budaya dan keragaman suku dengan berbagai nilainya akan diperkenalkan kepada publik internasional menggunakan kemasan modern atau populer.
Dengan strategi integrasi sebagaimana yang dilakuakan Korea Selatan, diharapkan mampu menjadi pintu masuk bagi ekspansi pasar produk nasional Indonesia. Juga memperkuat brand pariwisata Indonesia di mata dunia.
Kondisi tersebut tentu akan meningkatkan ekspor, menyerap banyak tenaga kerja dalam proses produksi dan tentu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebagaimana yang Korea Selatan pernah terapkan serta mencapai kesuksesan seperti saat ini.
*Naskah pertama kali dikirim ke Lomba Menulis ‘Special Strategic Partnership’ Indonesia -Korea Selatan