Oleh: Drs. H. Mustofa Alchamdani, MSI

Seorang petani berkata: “Enak jadi pedagang banyak uangnya,”

Seorang pedagang bilang: “Enak petani ndak banyak utangnya,”

Rakyat kecil bilang: “Enak pejabat punya kedudukan dan banyak hartanya,”

Seorang pejabat bilang: “Hidup kaya diujung tanduk, enak rakyat biasa ndak banyak masalah hatinya bisa tenang.”

Dari sinilah muncul sebenarnya yang ‘uripe penak’ itu siapa?

Kata orang jawa urip iki ‘sawang-sinawang’.

Kaum hidonis bilang, hidup itu yang paling enak yang penting cari sebanyak banyaknya kenikmatan, meski menabrak-nabrak aturan dan bahkan agama.

Kaum materialis bilang ‘sing penting’ hidup itu ngumpulkan harta, harta dan harta. Ndak peduli halal atau haram, maka akan menemukan kebahagiaan.

Mari kita kembali menyadari bahwa Allah SWT memberikan nikmat kesempatan hidup di dunia dibarengi dengan problematika hidup yang berbeda beda antara satu dengan lainya, inilah dinamika, harmoni dan sekaligus ujian kehidupan dari sang maha pencipta.

Seorang ulama’ besar, hujjatul islam Imam Al-Ghazali memberikan definisi kehidupan yang dapat dijadikan fondasi bagi kita untuk membangun istana kebahagiaan, dalam hati kita dan arah yang benar dalam menapaki kehidupan.

Beliau mengatakan : “HIDUP ADALAH CINTA DAN IBADAH”.

Dengan mencintai seseorang kita pasti sering memyebut namanya dan berbuat yang terbaik untuk yang kita cintai. Bahkan menuruti dengan apa yang di-mau-inya.

Dengan mencintai Allah SWT maka kita sering berdzikir dan akan dengan senang hati melaksanakan perintah Nya. Siapa yang banyak mengingat Allah, maka Allah pun akan mengingatnya ( QS Al-Baqarah ayat 152 ).

Ternyata memang betul, dengan spirit cinta akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk melaksanakan ibadah dan kebaikan-kebaikan terhadap sesama manusia.

Sementara siapa saja yang semakin jauh melangkahkan kaki dalam kehidupan di dunia ini, semakin banyak ingat, semakin mendekat kepada sang maha kuasa, maka dialah yang akan mencapai dan merasakan ketenangan dan kebahagiaan sebenarnya.

Ingatlah: hanya dengan mengingat Allah SWT, hati akan menjadi tenang. ( QS Al-Ra’du ayat. 28 ).