Penulis: Baharudin Suparman, Mahasiswa Hukum UIN Syarif Hidyatullah Jakarta, 2020
Siapa sih yang tak kenal dengan negara yang dijuluki negeri sakura atau negeri matahari terbit ini? Pasalnya, meskipun kebanyakan negara di benua asia tergolong negara berkembang. Tetapi, negara Jepang merupakan salah satu dari enam negara termaju di Asia! Bahkan di bidang perekonomian, Jepang termasuk yang terbesar ketiga dunia setelah AS dan China, wow! Selain itu, Tingkat pendidikan dan teknologinya pun sangatlah maju, ditambah lagi dengan adanya wisata-wisata yang memukau, membuat Negara Jepang menjadi negara dengan reputasi global terbaik di dunia.
Selain fakta tersebut, Negara Jepang juga terkenal akan sedikitnya kasus korupsi lho! Lembaga survei Transparancy Internasional dalam Corruption Perceptions Indeks tahun 2019 menyatakan bahwa Jepang menduduki peringkat ke 20 dari 180 negara, sebagai negara terbersih dari korupsi di dunia dengan skor 73/100. Mengejutkan bukan? Hmm bagaimana sih, Negara Jepang dalam menghadapi korupsi ini, sehingga kasus korupsi di negaranya sangatlah sedikit? Disini penulis sudah mengumpulkan beberapa data dan alasan mengapa kasus korupsi di Jepang sangat sedikit, mari simak!
- Adanya Budaya Malu
Mungkin ini dapat kita sebut sebagai alasan utama atau faktor terbesar kenapa kasus korupsi di Jepang sangatlah sedikit. Ya, Pasalnya dengan budaya malu ini, Masayarakat Jepang mendapat tekanan dari orang-orang sekitar ketika mereka melakukan tindakan tercela, kriminal, dan pidana. Kok bisa? Ternyata dalam sejarahnya, budaya malu ini telah ada pada zaman Kamakura, dimana para samurai akan melakukan bunuh diri dengan cara merobek perut mereka sendiri dengan pedangnya. Alasanya adalah para samurai tersebut malu karena kalah dalam berperang. Sehingga, daripada harus menanggung malu, para samurai tersebut lebih memilih bunuh diri. Nah, hingga sekarang ternyata budaya malu yang kuat tersebut terus ada dalam kebiasaan orang-orang Jepang. Sehingga mereka justru akan lebih baik menghindar dari tindakan tercela, kriminal, dan pidana ketimbang harus merasakan malu yang luar biasa. Lalu bagaimana orang-orang yang terlanjur melakukan tindakan kriminal tersebut? Biasanya orang tersebut jika menjabat suatu jabatan, ia akan mundur dari jabatan tersebut karena malu telah gagal dalam mengemban tugasnya tersebut. Bahkan dalam kasus terburuknya, orang-orang tersebut justru malah bunuh diri karena tak kuasa menahan malu.
- Kejujuran yang tinggi dan selalu Disiplin dalam segala hal
Masih berkaitan dengan poin pertama, menurut masyarakat Jepang kepercayaan seseorang merupakan suatu hal yang lebih penting dari apapun, sehingga untuk menjaga kepercayaan tersebut, Jujur merupakan salah satu sifat yang dapat melanggengkan kepercayaan tersebut. Selain kejujuran yang tinggi, orang Jepang juga terkenal akan kedisiplinannya terhadap apapun. Sejak kecil masyarakat Jepang telah diajarkan untuk selalu disiplin dalam segala hal. Bagaimana caranya? Cukup sederhana, namun di Indonesia jarang orang lakukan.
Disana, orang tua mereka akan mencontohkan perilaku disiplin tersebut, sehingga anaknya pun ikut terhadap orang tua. Jika perbuatan anak mereka keliru, orang tuanya akan senang hati meluruskan perbuatan anaknya tersebut. Ini cara yang sederhana, namun ini benar-benar efektif, dikarenakan orang tua adalah cerminan bagi anak-anaknya. Selain diajarkan dalam lingkungan keluarga, di sekolah pun mereka juga diajari untuk selalu hidup disipin. Sehingga setelah beranjak dewasa, kebiasaan tersebut selalu tertanam dan terus diturunkan kepada anak-cucu mereka.
Orang Jepang sangatlah disiplin apalagi terkait dengan kebersihan. di Jepang, lumayan sulit untuk menemukan tempat sampah. Tetapi hal tersebut tidak mendorong masyarakat Jepang untuk membuang sampah sembarangan. Buktinya, ditempat apapun baik di rumah, fasilitas umum seperti jalan raya , stasiun dan lainnya selalu terlihat bersih tanpa ada satupun sampah yang tergeletak. Karena biasanya, mereka akan menyimpan sampah tersebut di sakunya sampai ia menemukan tempat sampah, baru membuangnya, salut ya! Dalam hal peraturan pun sama, masyarakat Jepang sangat taat terhadap hal tersebut, jika dituliskan dilarang merokok, maka mereka tidak akan merokok di area itu. Jika dituliskan dilarang makan–minum, maka mereka tidak akan makan–minum di area itu. Bagi orang Jepang, melanggar aturan adalah suatu rasa malu.
Lalu, sejak kapan kedisiplinan ini telah ada dalam masyarakat Jepang? Yup kembali ke sejarahnya, dahulu para samurai-lah yang memiliki sifat kedisiplinan yang tinggi itu atau yang mereka kenal dengan prinsip bushido. Kemudian kebiasaan tersebut terus diwariskan hingga saat ini. Namun, beberapa sejarawan mengatakan bahwa hal tersebut kurang benar, pasalnya ketika beberapa orang eropa datang ke Jepang saat menjelang masa Meiji (sebelum 1868 M), orang Jepang bukanlah orang yang disiplin seperti itu, orang Jepang sama seperti orang-orang pada umumnya, sering minum-minum, sering melanggar aturan, bahkan menurut mereka terlambat 30 menit bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan. Hal ini membuat para sejarawan berpendapat bahwa budaya disiplin ini baru ada setelah kekalahan Jepang pada perang dunia ke dua (1945 M). Dimana kala itu orang-orang Jepang merasa tidak ada jalan lain untuk bangkit kecuali dengan berdisiplin dalam bekerja dan mengutamakan kerja keras. Dan kebiasaan tersebut terus diwariskan hingga saat ini.
- Peraturan hukum pidana korupsi di Jepang
Tidak seperti di Indonesia yang memliki UU Tipikor (Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi), Di Jepang tidak ada peraturan khusus mengenai tindak pidana kasus korupsi, lho! Pelaku hanya akan dihukum paling lama 7 tahun penjara berdasarkan peraturan biasa tindak kriminal umumnya. Tetapi, dikarenakan budaya malu yang sangat kuat di Jepang, menjadikan sedikitnya kasus korupsi tersebut. Meskipun ada kasusnya, maka pelaku akan sangat depresi karena malu dengan apa yang telah ia perbuat. Bahkan ada suatu kasus korupsi yang dilakukan oleh Toshikatsu Matsuoka yang menjabat sebagai menteri pertanian, kehutanan dan perikanan. Namun, pada akhirnya ia melenyapkan nyawanya sendiri dengan gantung diri di tengah skandal korupsi tersebut.
- Penegakkan Hukum di Jepang
Tidak ada badan khusus yang dibentuk di Jepang untuk memberantas korupsi. Berbeda dengan Indonesia yang memiliki lembaga KPK untuk menangani kasus korupsi, Di jepang penanganan kasus korupsi tersebut hanya dilakukan oleh lembaga kepolisian, kejaksaan, dan peradilan umum. Penyelidikan akan dilakukan oleh kepolisian, kemudian di serahkan kepada kejaksaan untuk diproses apakah kasus tersebut layak untuk dituntut atau tidak. Sehingga ketika kasus tersebut layak, maka akan diadili di peradilan umum. Meskipun Jepang tidak memiliki lembaga khusus dalam memberantas korupsi. Namun dengan ketiga lembaga tersebut Jepang sudah sangat efektif dalam menangani kasus korupsi. Faktor keberhasilan skor tinggi jepang dalam negara terbersih dari korupsi, sebenarnya berada pada masyarakat Jepang itu sendiri yang terkenal akan kejujuran, kedisplinan dan malu akan melakukan tindak kriminal. Dalam hal ini strategi Jepang dalam menghadapi korupsi lebih mengedepankan pada pencegahan ketimbang penanganan.
Saat ini dalam survei CPI, Indonesia berada pada posisi ke 85 dengan skor 40/100, artinya Indonesia berada di pertengahan antara negara terkorup dan negara terbersih dari korupsi. Untuk meningkatkan skor tersebut, masyarakat Indonesia dapat meniru sebagian strategi negara Jepang ini lho!, yakni selain mengedepankan penanganan kasus korupsi, juga dibutukan pencegahan berupa nilai-nilai karakter yang ditanamkan kepada diri masing-masing (seperti jujur, disiplin, dan malu), sehingga kemungkinan melakukan suatu tindak pidana khususnya korupsi akan lebih sedikit, dan skor Indonesia-pun akan meningkat. Bukan hanya skor yang menigkat, tetapi dengan berkurangnya kasus korupsi, maka kemajuan di berbagai bidang akan melesat signifikan!
Wah, ternyata seperti itu ya negara Jepang dalam menghadapi kasus korupsinya, benar-benar menarik ya. Setelah membacanya kita dapat menyimpulkan, bahwa dalam menghadapi korupsi, pendidikan karakter seperti malu, jujur dan disiplin ternyata sangatlah penting. Tidak perlu langsung mengajari satu sama lain, setidaknya mulailah dari diri kita sendiri. Maka orang lain pun akan mengikuti apa yang kita lakukan.
Pastinya dengan mengaplikasikan hal-hal tersebut, bukan hanya kasus korupsi saja yang menurun, tindak kriminal lainnya pun akan ikut menurun, sehingga perekonomian, pendidikan dan bidang-bidang lainnya pun akan semakin membaik dan Indonesia pun akan menjadi negara yang aman, makmur dan sejahtera! Salam damai, salam bersih dari kasus korupsi!
****
Nama : Baharudin Suparman
Jenis Kelamin : Laki-laki
TTL : Bogor, 26 Januari 2002
Profesi : Mahasiswa Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Instagram : @baharudinsuparman_
Email : bahaarkecee@gmail.com
Alamat : Jalan Pluto Dalam IA No. 33 Pisangan–Ciputat Timur–Tangeran Selatan