Penulis: Nadzirummubin*
Sosok bung Mahbub Djunaidi sudah tidak asing di telinga sahabat-sahabat PMII, sejak kaderisasi formal di tingkat awal, nama bung Mahbub diperkenalkan sebagai Ketua Umum pertama Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) tahun 1960-1963.
Tak jarang khalayak umum, bukan hanya aktifis PMII, juga mengenal riwayat dan karya tokoh yang mendapat julukan “Sang Pendekar Pena” tersebut. Hal ini sebab bung Mahbub juga terlibat dalam berbagai organisasi sosial serta menjadi salah satu kolumnis yang produktif menulis berbagai kolom esai.
Aktifis PMII era sekarang sekedar mengenal Bung Mahbub melalui foto-foto beliau yang di desain di berbagai banner acara dan upload-an di media sosial dengan quotes tersohornya yang berbunyi: “Tanamkan ke kepala anakmu bahwa hak asasi itu sama pentingnya dengan sepiring nasi”.
Ya, karena disadari atau tidak, karya besar sang maestro tidak pernah diulik sama sekali oleh aktifis PMII, bahkan diskursus maupun bedah buku karya Bung Mahbub sangat jarang ditemui, untuk menyebutnya mungkin tidak ada.
Sahabat-sahabat lebih tertarik membaca buku best seller seperti karya Mark Manson, Andrea Hirata, Fiersa Besari, dll. Bung Mahbub memang bukan penulis populer hari ini, tapi Bung Mahbub merupakan salah satu esais paling produktif pada masa Orde Baru dan hampir semua tulisannya memanfaatkan kekayaan metafora dan humor yang khas.
Penulis sekelas Pramoedya Ananta Toer pun kagum dengan Bung Mahbub, Soebagyo Toer dalam tulisannya yang berjudul Mas Pram dan Mahbub dimuat di buku “Pramoedya Ananta Toer dari Dekat Sekali”, dikisahkan, Pram datang di acara peluncuran buku “Sketsa Kehidupan dan Surat-Surat Pribadi Sang Pendekar Pena Mahbub Djunaidi”.
Tiba-tiba Pram diminta memberi sambutan. Padahal selama ini pemilik karya Tetralogi Pulau Buru ini selalu enggan memberikan sambutan, Pram mengatakan: “…..dikala saya diserang dari segala penjuru, hanya satu orang yang membela saya, yaitu Mahbub. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mahbub dan keluarga”.
Bukan hanya Pram, banyak kalangan menilai bahwa Bung Mahbub merupakan jurnalis yang jenaka, satire berbau humor kerap menjadi jurus andalan untuk mengkritik objek tanpa melukai perasaan objek kritikannya.
Sebagai generasi kader dari Bung Mahbub, aktifis PMII seyogyanya mengenal lebih dalam riwayat dan karya beliau, terlebih mempelajari corak karya jurnalistik beliau sebagai referensi budaya literasi aktifis PMII.
Dari kerisauan tersebut, PMII Komisariat Sunan Ampel Malang bekerjasama dengan Toko Buku Gramedia Kota Malang pada tanggal 14-17 Oktober 2019 melaksanakan agenda Pasar Buku, dengan serangkaian acara yaitu bazar buku, bedah buku, kajian publik, panggung apresiasi kader, bedah film yang bertempat di balkon gedung B UIN Malang.
Banyak dipamerkan pula karya-karya Bung Mahbub seperti: Asal Usul, Humor Jurnalistik, Angin Musim, Kolom Demi Kolom dan lain-lain.
Salah satu tujuan dari agenda Pasar Buku adalah memperkenalkan karya-karya Bung Mahbub ke khalayak umum terkhusus kader PMII, selain itu juga untuk mengakrabkan mahasiswa dengan banyak buku-buku ber-genre lain.
Bukan hanya sekedar mendoakan beliau diperingatan haul–nya, tetapi bacalah karya-karya nya, kenali Bung Mahbub dari tulisan nya.
Al-Fatihah
______________________
*Penulis adalah pengurus komisariat PMII Sunan Ampel Malang dan Kontributor IndonesiaImaji.com