Sejarah perkembangan manusia ditafsirkan dengan berbagai macam corak-ragamnya. Pemahaman tulisan-tulisan tentang sejarah sebagian besar berasal dari keterangan-keterangan tentang permasalahan seputar sosial, politik, ekonomi dan budaya serta agama. Beberapa keterangan tersebut sebagai sebab-sebab timbulnya proses sejarah perkembangan manusia.
Tidak ada satu faktor yang dengan sendirinya lebih berpengaruh disepanjang sejarah. Faktor manakah yang paling penting dalam satu keadaan tertentu adalah satu soal yang harus diselidiki dari pengalaman dan selalu ada jalinan banyak factor untuk menerangkan dalam bentuk satu peristiwa konkrit atau rentetan kejadian.
Bagi Marx, pengertian tentang sejarah telah bertambah secara luar biasa dengan penafsiran ekonomis. Sesungguhnya tidaklah mungkin penulisan tentang sejarah dengan tidak memberikan sedikit perhatian terhadap hubunga kekuatan-kekuatan dan konflik-konflik ekonomis, walaupun Marx tidak menuduh bahwa factor ekonomis adalah satu-satunya yang utama dalam proses pembentukan sejarah.
Dalil pokok yang digunakan Marx dalam menganalisa masyarakat ialah produksi barang dan jasa membantu manusia dalam hidupnya. Ia mendakwakan bahwa faktor ekonomis sebagai dasar untuk membangun superstruktur kebudayaan, ideologi-ideologi politik, sosial dan keagamaan.
Marx melukiskan hubungan antara kondisi-konndisi materiil kehidupan manusia dan ide mereka sebagai berikut: “Bukanlah kesadaran manusia yang menentukan adanya mereka, akan tetapi adanya mereka dalam kehidupan sosial yang menentukan kesadaran mereka”.
Dalam masyarakat industri modern pada abad ke-19 dan 20, pemilikan alat produksi menjadi kunci utama. Kemunculan babak baru dalam pekembangan ekonomi ini yang melatarbelakangi ide Marx dalam sumbangsih hanya atas penafsiran ekonomis tentang sejarah yang kita sebut system kapitalime.
Kaum kapitalis tidak saja menentukan nasib ekonomi masyarakat, tapi juga menguasai secara politis. Maka system kapitalisme secara tidak langsung memberikan penetapan ukuran-ukuran dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Dua konsepsi yang digunakan Marx sebagai pendekatan dalam perubahan sosial, yakni kekuatan-kekuatan produksi dan hubungan produksi. Konsepsi mengenai kekuatan-kekuatan produksi menyatakan hubungan manusia dengan alam dan hubungan produksi mengutarakan hubungan manusia dengan manusia.
Pengertian Marxis atas konsepsinya menyatakan bahwa dalam setiap system sosial-ekonomi mengharuskan suatu keseimbangan diantara pengetahuan dan organisasi sosial, tapi berangsur-angsur suatu ketidakseimbangan muncul dan memberikan asumsi bahwa pengetahuan tentang ilmu tumbuh lebih cepat daripada kebijaksanaan sosial.
Aspek-aspek ekonomis suatu masyarakat menjadi faktor pokok penentu apabila menurunnya derajat peristiwa umum berupa keterbelakangan diantara pengetahuan dan kebijaksanaan. Setiap system dengan demikian mungkin menjadi suatu pemborosan potensi-potensi kreatif yang berkembang dalam Rahim masyarakat, tapi tidak diberi kesempatan untuk lahir dan tumbuh.
Hanya dengan kepemilikan alat-alat produksi oleh masyarakat dapat menciptakan suatu system baru dalam hubungan-hubungan produktif berdasarkan produksi untuk kepentingan bersama, tidak untuk keuntungan perseorangan yang akan menandingi kekuatan-kekuatan produksi.
Marx meramalkan bahwa Kapitalisme akan menemui ajalnya, tingkat keuntungan lama kelamaan akan berkurang karena modal senatiasa ditumpuk lebih banyak oleh pengusaha sehingga berkurangnya kesukaran modal menyebabkan merosotnya nilai modal atau keuntungan.
Kaum kapitalis akan berusaha melaksanakan rasionalisasi industri dan membuat teknologi lebih efesien, dan dalam perkembangannya akan mengarah pada konsentrasi kekuasaan ekonomi, pengorganisiran industri besar-besaran, Akibatnya akan melenyapkan perusahaa-perusahaan yang kurang efesien. Akal semacam ini kata Marx, merupakan upaya peningkatan ploretarianisasi masyarakat dan akan membuat kapitalisme menjadi penggali kuburnya sendiri.
sumber: Buku Isme-isme yang Menggemparkan Dunia
(Atha)