Penulis: Drs. H. Mustofa Alchamdan, MSI
Kebanyakan dari kita tahu dan faham bahwa aturan main sebagai seorang muslim terkait dengan ibadah ataupun muamalah yang bermuara kepada kualitas kepatuhan, ketundukan, penghambaan dan mahabbah pada sang Maha Pencipta dan utusan-Nya, manusia paling mulia yakni nabi Muhammad SAW.
Tetapi harus diingat bahwa Allah SWT juga menciptakan setan yang semenjak adanya nenek moyang manusia yakni nabi Adam AS, setan dilaknat Allah SWT karena kesombongannya dan dia (setan) memproklamirkan diri menjadi musuh bebuyutan manusia sampai hari kiamat dengan semangat mengajak manusia ke arah kesesatan.
Di samping itu, ada potensi dari manusia sendiri yaitu adanya nafsu yang bisa menjadi salah satu penyebab hilangnya ketaatan berganti dengan kemaksiatan. Sebagaimana Allah SWT berfirman QS :AS Syam ayat 9 – 10.
قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا
Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,
وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا
Dan sesungguhnya merugilah orang ornag yang mengotorinya
Dalam menghadapi pergulatan dengan godaan setan maupun hawa nafsu sering kali manusia tidak berdaya bahkan terkalahkan, dalam satu hari ada 24 jam nikmat waktu yang diberikan pada manusia, hanya sedikit sekali yang digunakan untuk mengingat (dzikir) pada Allah.
Seluruh jiwa raga kita yang seharusnya digunakan untuk ibadah kepada-Nya ternyata lebih sering tersia-siakan. Cinta pada harta benda dan manusia melebihi cinta kita pada Allah. Kita sering merasa sangat kehilangan bahkan susah sekali jika sehari tidak membaca WA, SMS, FACEBOOK dan lain lain, tetapi tidak merasa susah sedikitpun kalau 1 hari tanpa membaca kalam ilahi dan masih banyak lagi contoh kelemahan dan keterlenaan kita dalam ketaatan pada Allah SWT.
Momentum 10 hari kedua bulan Ramadhan menjadi arena dilimpahkannya maghfiroh yang sangat luas sebagai bentuk kasih sayang Allah agar manusia bisa kembali pada fitrahnya. Maka tiada kata lain kita tancapkan pada hati kita kesadaran, keinsyafan, kesungguhan dan dengan penuh ketundukan melakukan hal-hal berikut:
#1 TAUBAT
Istighfar memohon ampun pada Allah SWT setiap kali melakukan kesalahan atau maksiat kapanpun dimanapun dan jangan ditunda tunda. Alloh berfirman QS Ali Imron ayat 135 – 136
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Artinya: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.”
أُولَٰئِكَ جَزَاؤُهُمْ مَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ
Artinya: “Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.”
Fahisah (keji) adalah perbuatan seseorang yang melanggar syar’i dan berdampak bukan hanya pada yang melakukan tapi juga pada orang lain, masyarakat bahkan negara seperti berzina, judi, mencuri, korupsi dll. ‘Zulm’ adalah perbuatan seseorang Yang melanggar syar’i yang berdampak pada diri sendiri, seperti makan makanan haram, boros, menyia nyiakan waktu tenaga dan fikiran dll.
Oleh karena itu, jangan jadikan kesalahan-kesalahan walaupun kecil menumpuk tidak segera disikapi dengan mohon ampum pada sang maha pengampun. Nabi Muhammad mengingatkan kita dengan haditsnya:
لاكبيرة معالاستغفارولاصغيرة مع الاصرار
Artinya : “Dosa besar tidak menjadi dosa besar apabila segera minta ampun (kepada Alloh),dan dosa kecil akan menjadi dosa besar bila selalu dikerjakan ( HR Dailamydari ibnu Abbas).
Taubat kepada Allah SWT dalam arti luas: Dari banyak maksiat menjadi banyak amal sholeh. Dari kebodohan kepada rajin belajar. Dari malas ibadah menjadi rajin ibadah. Dari kebahilan menuju kdermawanan. Dari sering menyakiti orang lain menjadi menyayangi orang lain. Alloh berfirman QS. Attahrim ayat 8.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ ۖ نُورُهُمْ يَسْعَىٰ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: “Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
#2 MUROQOBAH
Memperbanyak pendekatan diri kepada sang Maha kasih dan Maha mengetahui dengan memperbanyak ibadah, dzikir, istighfar dan semakin yakin dalam diri kita bahwa siapa orangnya yang semakin jauh melangkahkan kakinya di bumi ini semakin mendekat pada ilahi maka akan menemukan dermaga kebahagiaan haqiqi, tapi sebaliknya semakin jauh melangkahkan kakinya di bumi ini tapi juga semakin jauh dengan sang maha pencipta, maka kesengsaraan yang akan dirasakan.
Dilain itu supaya kita selalu merasa bahwa seluruh gerak-gerik dan amal seseorang dan bahkan yang ada dalam hati tidak terlepas dari koridor pengawasan Alloh SWT. Alloh berfirman QS Al-Baqoroh ayat 25.
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ ۖ كُلَّمَا رُزِقُوا مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا ۙ قَالُوا هَٰذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ ۖ وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا ۖ وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ ۖ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Artinya: “Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan: “Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu”. Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.”
#3 MUHASABAH DAN MUJAHADAH
Muhasabah berarti intropeksi pada diri sendiri sudah sejauh mana persiapan kita menghadapi kematian dan kehidupan akhirat. Janganlah disibukan menilai dan mencari kelemahan atau kesalahan orang lain tanpa mempedulikan kondisi diri sendiri. Ibarat pepatah: “Gajah di pelupuk mata tiada kelihatan tapi semut diseberang tampak kelihatan”.
Baginda rasul nabi agung Muhammad SAW memberikan tauladan pada kita sebagai umatnya, setiap kali mau tidur beliau berwudlu kemudian muhasabah dalam satu hari banyak mana antara perbuatan atau amal sholeh dan kejelekan yang telah dilakukan, berdo’a, dan berdzikir sampai tertidur. Mujahadah yakni memerangi hawa nafsu yang mengajak ke arah kemaksiatan kepada Alloh SWT, dengan membersihkan hati dari kotoran perbuatan dosa dengan iman dan dzikir kepadaNya. Alloh berfirman QS Al Hasyr ayat 18.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ibnu Katsir berkata tentang tafsir ayat ini: “Hendaklah kamu menghitung hitung diri kalian sebelum Kalian dihisab (pada hari kiamat) dan perhatikanlah apa yang kalian persiapkan berupa amal kebajikan sebagai bekal Kembali dan menghadap pada Robb kalian”
Sementara itu, Ibnu Mas’ud r.a berkata : “Tiiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, masa hidupku berkurang, namun amalku tidak bertambah”. Sungguh sungguhlah memohon ampun pada Allah dan yakin ampunan Allah pasti diberikan oleh Alloh SWT sesuai Firman Nya QS Annisa’ :110.
وَمَنْ يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللَّهَ يَجِدِ اللَّهَ غَفُورًا رَحِيمًا
Artinya: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hidup ini pilihan, akankah kita relakan diri ini semakin lama semakin gelap tertutup noda-noda hitam dari perbuatan dosa yang dilakukan dan mengantarkan ke jurang kenistaan dan kesengsaraan. Atau kita alirkan air mata penyesalan dengan penuh keikhlasan di pangkuan Ilahi yang berhiaskan istighfar, penyesalan, dan mohon ampunan pada sang maha pengampun, agar cahaya keceriaan, kemuliaan, ketenangan, dan kebahagiaan selalu menghiasi kehidupan.