ANGGUR DAN BURUNG

Tengah malam suara burung membawa cangkir pertobatan

melepaskan anggur-anggur serta vas minuman,

ke tanah terbaring segala yang telah bersandiwara.

Bersuaralah seluruh yang di dalam lautan dengan uap air

di daratan yang merangkak di rumput-rumput dan kaktus biru

di udara yang masih berkuda memacu awan

mengendarai malam setiap dini hari

lewat tengah malam sampai pagi menjelma.

Suara burung pelatuk menebang kayu-kayu di hutan larangan

memukulkan kakinya yang kandas dari pasir sebab hujan

menyisakan anggur-anggur terbaring pada tanah.

 

Pati, 26 Maret 2020

ACUH TAK ACUH

 

Dia yang tua tak peduli pada limbah sungai yang tercemar di sandal wanita-wanita.

Laki laki, dia yang tak bisa kehilangan cinta dan rayuan.

Wanita, dia bini yang tak bisa kehilangan keindahan dan tidur bersama suami.

Sama saja untuk menulis pengalaman ke dalam ruang kosong

dari batu ataukah kapur seuntai benang perkawanan

muncul mencari lelaki dan wanita yang sedang jatuh cinta

sebab mereka percaya adanya langit dan bumi karena sifat kasih sayang.

Lalu cinta terabaikan, tergadai sebab cinta kehilangan kejujuran

Dibawa pada senandung lagu-lagu dari bait syair si pria,

mendekap ucapan serta ketertarikan pada tujuan cinta.

 

Pati, 26 Maret 2020

AKU JUGA SEORANG ILMUWAN, FILSUF, DAN PENYAIR

 

Dapatkah aku tulis ilmu perbintangan untuk mengetahui bulan-bulan dalam setiap tahun

bahwa telah berlalu meninggalkan hari-hari yang fana serta lelah

setiap malam bekerja tanpa henti.

Tanpa tidur mataku merah dan lelah setiap itu,

Setelah pagi aku lalu mengisi buku logaritma dengan logika dan fakta

buat menemukan kesimpulan segala pemecahan ujung masalah yang rumit.

Setelah Omar Kayyam membintangi nama-nama bintangnya di luar bumi

serta mengumpulkan Rubaiyat syair-syairnya yang berkesan teologi

kini entah waktu meninggalkan peluru pada mata pembaca

melepaskan anak panah pada perasaan pembaca.

Kata-kata tak pernah usai setelah menjadi perlawanan dan bidang pengetahuan.

Ilmu-ilmu diajarkan melalui lisan-lisan perawi alim yang pandai.

Sebagai diwan, penyair mesti banyak akal.

Aku juga telah membintangi nama-nama jurnalku

dari hasil ilmiah segala ilham kesimpulan

mencetus kisah-kisah dan nama agung.

 

Pati, 26 Maret 2020

SENI DAN KESABARAN

 

Bunga surgawi bermekaran di tengah bumi,

saripati udara terbengkalai di dalam tembaga bekas hujan kemarin

Estetika seni serta eksentrik seni melayang-layang di atas kepala

bermahkota pada setiap budaya dan zaman

sebab seni terlahir dari kesucian dan fitrah.

Hati yang tulus dan kesepian memperanakkan seni di meja brokrasi

sebagai sebuah perang bergetar di perkebunan,

kemenangan utama dalam perang adalah mengenal musuh dan tidak melakukan perang,

itulah tujuan utama dari seni untuk perang.

Karena kesabaran pula seorang budak bisa menjadi raja,

Karena nafsu dan keserakahan pun seorang raja bisa menjadi budak.

Semua itu kalian artikan menurut pengertian dan pemahaman pribadi

ternyata kesabaran melahirkan kelembutan

ternyata kesenian menghasilkan estetika.

Bunga-bunga surgawi semakin bermekaran di kaki-kaki langit.

 

Pati, 27 Maret 2020

AKU DARI EAST CITY

 

Angin keramas dari lembah barat

turun bermukim di lembah ngarai.

Ufuk timur yang bersemi

memberi wajah dunia yang erang,

membuang aku jauh dari tanah kelahiran

dari buah hati kesayanganku

seperti kerikil yang terlempar ke eropa.

Berderai di kaki bumi,

berpijak pada purnama muda

belum sepenuhnya terlahir ke langit.

Memeluk orang-orang yang berjaga

takut akan terlahir dari dosa lagi.

Kini aku utuh dengan fitrah.

 

Sebagai penyair sayapku mekar,

ditenung alam mencengkeram penaku

menoreh tinta di lubuk lautan.

Rumpun ilalang yang tumbuh merendah

menyakiti rambut-rambut mahkotaku

seperti melahirkan anak kata

berdawai dengan citra-citraku.

 

Seperti Andalusia,

ingat saja aku sebagai penyair

memintal dawan dan syair dari kerang

menuju sampan meretas layar

menuju mata angin menerbangkanku.

 

27 Maret 2020

 

*****

Muhammad Lutfi, adalah seorang sastrawan Indonesia yang lahir di Pati, pada tanggal 15 Oktober 1997. Merupakan putra dari Slamet Suladi dan Siti Salamah yang menyelesaikan S-1 Sastra Indonesia di UNS Surakarta. Yang sudah memiliki banyak prestasi dan pencapaian, juga penghargaan di bidang sastra.