Oleh : Faizul Iqbal

Hamparan pegunungan sejuk, hutan lindung yang lembab serta perkebunan rakyat menjadi  gambaran dari lereng gunung Wilis. Area yang biasa dikenal sebagai selingkar Wilis merupakan julukan yang disematkan dari gunung Wilis yang di lingkari oleh 6 kabupaten, yakni kabupaten Madiun (barat timur), kabupaten Ponorogo dan Trenggalek (barat daya), kabupaten Tulungagung (selatan), kabupaten Kediri (timur) dan kabupaten Nganjuk (utara).

Tak seperti wilayah pegunungan Tengger (TNBTS) yang masyhur akan gunung Bromo dan Semerunya atau lereng Lawu yang terkenal akan ikon Sarangan dan Tawangmangu-nya, wilayah pegunungan wilis cenderung lesu akan pariwisata dan laju perekonomian. Satu-satunya ikon yang lumayan terkenal hanya telaga Ngebel, itupun tak seramai Sarangan atau wilayah Dieng.

Infrastruktur Menjadi Kendala

Infrastruktur memang masih menjadi kendala utama dalam kegiatan perekonomian masyarakat sekitar lingkar Wilis. Akses jalan yang sulit dan terisolirnya daerah membuat investor enggan mengembangkan bisnis di area lingkar Wilis yang memiliki potensi alam yang luar biasa.

Selain sektor pariwisata, akses infrastruktur juga kurang mendukung juga membuat petani kakao,cengkeh, dan komoditi lainnya kesulitan memasarkan produk mereka.

Dikutip dari Suara.com (15/5/2018), Badan Pembangunan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementrian PU-PR berencana akan membangun lingkar Wilis sebagai percepatan konektivitas antar 6 kabupaten.

Pembangunan infrastruktur diharapkan akan menggenjot potensi pariwisata yang terkoneksi dengan bandara di wilayah kec. Mojo, Kabupaten Kediri yang sekarang masih pada tahap pembangunan.

Menurut Kepala BPIW Hermanto Dardak:

“Disparitas antara Jawa bagian utara dan selatan masih cukup tinggi. Bagian selatan ini relatif tertinggal, sehingga diperlukan pembangunan. Wilayah tersebut dibangun bukan hanya infrastrukturnya, namun kawasannya juga diberi nilai tambah. Potensi sinergi dari enam Kabupaten itu untuk membangun suatu pusat pertumbuhan wisata maupun agro bisnis,”

Membangun Kemandirian; Belajar dari Desa Mendak, Madiun

Di pelosok sebuah desa lereng Wilis, terdapat sebuah desa yang sedang booming dan masyhur karena keberanian karang taruna dan perangkat desa yang mencoba peruntungan membuka potensi desanya yang selama ini tak pernah dilirik oleh wisatawan.

Dengan memanfaatkan sebuah lahan bekas tambang batu dan pasir, pemuda desa dengan memanfaatkan alokasi dana desa ingin memberikan nilai lebih kepada masyarakat dari sektor pariwisata.

Ialah desa Mendak, sebuah desa di kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun ini berhasil menyabet Juara II Lomba Desa tingkat provinsi yang diselanggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi jawa Timur.

Selain itu, Desa Mendak mewakili Kabupaten Madiun masuk dalam nominasi kategori Pratama Desa Tangguh 2018. Memanfaatkan keelokan pegunungan wilis, mendak membuka sebauh taman indah watu rumpuk dan pendakian tapak bimo. Desa Mendak dianggap sebagai salah satu desa percontohan dari dampak positif pembangunan infrastruktur selingkar Wilis.

Perlunya sinergitas dalam pembangunan selingkar Wilis, baik untuk kenaikan PDRB kabupaten dari sektor komoditi . Dari data BPS menyebutkan bahwasanya Produk Domestik Bruto Daerah (PDRB) kabupaten Madiun, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Kediri dan Nganjuk masih didominasi dari sektor pertanian dan perkebunan.

Kerja nyata bersama seluruh elemen diperlukan untuk percepatan pembangunan sehingga manifestasinya adalah meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan masyarakat.  (FAL)