Penulis: Indana Zuhrotun Ni’mah (Mahasiswi IAIN Tulungagung)
PENDAHULUAN
Beberapa waktu terakhir hampir seluruh negara di dunia tengah berjuang menghadapi musuh yang sama; COVID-19 atau familier disebut virus corona. Pada tanggal 12 Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan corona ini sebagai pandemi yang harus ditangani secara serius. Pandemi sendiri berarti adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya beberapa benua, atau di seluruh dunia.
Data terakhir dari Coronavirus COVID-19 Global Cases by Johns Hopkins CSSE menunjukkan bahwa Infeksi COVID-19 di seluruh dunia pada pukul tanggal 14 April telah mencapai 1.920.618 kasus. Dimana 449.949 kasus di antaranya telah dinyatakan sembuh.
Melihat proses penyebaran virus corona yang sedemikian masif, hampir seluruh negara di dunia mengambil kebijakan tegas. Salah satu yang paling umum adalah larangan bagi warga untuk berkumpul dalam jumlah banyak. Beberapa negara atau beberapa kota di dunia bahkan sangat ketat membatasi warganya keluar rumah. Semua wajib berada di dalam rumah, kecuali untuk membeli kebutuhan pokok dan obat-obatan.
Indonesia juga tidak bisa terhindar dari bencana virus corona. Data yang dipublikasikan pemerintah menunjukkan bahwa ada 1439 pasien positif terinfeksi corona pada hari selasa (15/04). Selain itu ada 10.482 Pasien Dalam Perawatan (PDP) yang besar kemungkinan menjadi berstatus positif jika kelak dilakukan uji swab.
Penulis sendiri sadar betapa bahaya dampak klinis yang disebabkan oleh infeksi virus corona. Dari beragam media massa diketahui bahwa case fatality rate (CFR) dari infeksi virus ini mencapai lebih dari 9% untuk kasus di Indonesia. Banyak yang menyebutkan bahwa jika masih berusia muda seperti penulis, maka tingkat dampaknya tidak akan sedemikian besar.
Namun tidak ada yang tahu dan penulis sepenuhnya percaya bahwa mencegah jauh lebih baik daripada mengobati. Berangkat dari kesadaran ini, maka sejak diharuskan pulang dari asrama atau ma’had kampus, penulis memilih membatasi diri dari aktifitas di luar rumah. Sebagaimana anjuran presiden untuk ibadah, bekerja dan beraktifitas di rumah.
Suasana di lingkungan tempat tinggal penulis juga mulai berubah. Tidak banyak aktivitas warga kumpul-kumpul santai di dekat pertigaan atau di masjid. Hampir semua acara-acara keagamaan seperti slametan, yasinan dan sebagainya mulai ditiadakan. Hal ini menindaklanjuti himbauan dari bupati Trenggalek beberapa waktu yang lalu.
Warung makan ayam goreng langganan penulis juga mulai menerapkan aturan larangan makan di tempat. Semua konsumen tetap dilayani hanya untuk pemesanan menu yang kemudian dibungkus dan dibawa pulang. Beragam perubahan pola interaksi sosial ini tentu diharapakan jadi langkah prefentif yang efektif untuk mencegah penyebaran virus corona.
PEMBAHASAN
Beberapa kali menteri kesehatan Republik Indonesia mengumumkan bahwa virus corona ini bersifat self limiting desease. Jadi akan sembuh sendiri apabila pasien yang terinfeksi memiliki daya tahan tubuh yang baik. Tentu tetap beresiko tinggi bagi orang-orang berusia lanjut atau memiliki riwayat penyakit parah sebelumnya, yang berada di sekitar pasien.
Memahami sifat virus ini, penulis membaca beragam informasi dari berbagai sumber bahwa ada banyak cara yang direkomendasikan untuk menjaga kesehatan dilakukan selama masa karantina atau social distancing. Tentu aktifitas ini bisa berbeda-beda bagi setiap orang, tergantung seberapa ketat daerah mereka tinggal membatasi pergerakan warga, ketersediaan fasilitas di rumah dan sebagainya.
Beberapa kegiatan yang biasa dilakukan oleh penulis sebagai upaya menjaga kebugaran fisik dan mental selama masa pandemic virus corona di antaranya yaitu:
- Berkumpul dan berbagi cerita bersama keluarga
Kewaspadaan akan penyebaran virus corona ternyata sedikit ada hikmahnya. Salah satu yang penulis rasakan adalah dalam beberapa minggu terakhir ada kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga. Orang tua penulis yang berprofesi sebagai pegawai diharuskan melakukan kerja dari rumah atau popular dengan istilah work from home (WFH). Tiga saudara kandung penulis juga semakin banyak memiliki waktu di rumah.
Bisa berkumpul bersama keluarga tentu kesempatan yang begitu berharga. Kami bisa saling berbagi cerita setiap sore di depan atau emperan rumah. Misalnya penulis menceritakan suka dan duka selama hampir setahun berada di bangku perkuliahan sambil tinggal di ma’had. Bisa juga sekedar berbagi hal-hal lucu dan bercanda. Waktu yang berkualitas ini tentu baik bagi penulis dan anggota keluarga untuk mempererat ikatan emosional dan tentunya terhindar dari stres atau takut selama masa-masa sulit ini berlangsung. Pasti juga banyak yang merasakan waktu bermanfaat dan berkualitas bersama keluarga seperti yang penulis rasakan.
- Bersepeda pagi sebelum melakukan aktifitas lain
Kebetulan di daerah penulis tinggal, warga masih cukup leluasa melakukan aktifitas di luar rumah. Tentu dengan catatan tidak berinteraksi jarak dekat dengan orang lain atau berada dalam satu kerumunan. Salah satu cara menjaga kebugaran fisik yang penulis lakukan adalah bersepeda keliling kampung. Selain menyehatkan, bersepeda juga jadi aktifitas yang menyenangkan sebab bisa sambil melihat pemandangan desa dengan sawah-sawah yang padinya hampir memasuki masa panen, melihat bukit-bukit yang tersebar di berbagai penjuru dan masih banyaknya sungai-sungai di desa penulis dan sebagainya.
- Berkebun
Seperti yang penulis rasakan, setiap bersepeda pagi berhenti di kebun milik keluarga. Dan disana banyak sekali tanaman-tanaman yang telah di tanam, seperti sayur-sayuran, cabe, dan rempah-rempah lainnya. Sehingga dapat menghemat sedikit biaya pengeluaran untuk makanan sehari-hari dan lebih terjaga ke higienis-an nya.
- Memasak kue dan mencoba beragam resep masakan baru
Kegiatan ini juga bisa membuat kita lebih produktif dirumah. Setelah membaca berbagai resep-resep simple kue dan olahan lainnya di sosial media kita dapat merealisasikannya dengan mencoba beberapa hidangan tersebut. Dan juga membuat keluarga penulis senang karena dapat menikmati makanan-makanan atau kue yang dibuat sendiri dan bervariasi. Dalam memasak ini kita juga bisa sambil ngobrol ketawa-ketiwi dengan keluarga.
- Berjemur setiap jam Sembilan pagi.
Berjemur ini merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan disaat sekarang ini. Karena untuk menambah dan mengebalkan sistem imun pada tubuh kita. Sehingga tubuh kita menjadi lebih kuat sistem imunnya. Dan pada saat berjemur ini kita juga bisa memanfaatkan waktu untuk quality time bersama keluarga.
- Makan makanan bergizi seimbang.
Selama masa social distancing ini kita dianjurkan untuk memakan makanan yang 4 sehat 5 sempurna. Maka, penulis pun juga mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang dengan cara mengolah sendiri makanan makanan yang dikonsumsi untuk sehari-hari. Karena pola makan yang seimbang dan olahraga seimbang tubuh kita akan bugar dan tidak mudah tertular penyakit.
- Membatasi mengkonsumsi informasi yang membuat stress
Selama masa darurat bencana COVID-19 ini hampir setiap hari media massa memberitakan penambahan jumlah kasus positif dan meninggal serta yang sembuh. Mulai dari televise sampai situs-situs berita online. Banyaknya informasi yang masuk tentu akan mempengaruhi cara pandang kita terhadap penyebaran virus corona. Kemarin dalam unggahan akun twitter WHO, badan kesehatan dunia ini merekomendasikan untuk mengurangi konsumsi informasi terkait corona.
Hal ini supaya kita tidak dirasuki rasa takut yang bisa berakibat pada stres. Hal ini tentu tidak baik guna kesehatan psikis. Terganggunya kesehatan psikis ditengarai juga bisa menyebabkan turunnya daya tahan tubuh dan ini bahaya bagi proses penyembuhan jika terkena penyakit.
Ada informasi lain yang penulis peroleh menyebutkan bahwa semakin banyak menerima informasi tentang wabah corona bisa berdampak pada munculnya beragam gejala fisik seperti pusing, dada sesak, tidak enak badan dan lain-lain. Maka dari itu, selama di rumah penulis memilih menonton acara televisi yang menghibur, seperti kartun atau talkshow. Bisa juga dengan menikmati konten Youtube yang lucu-lucu.
- Memperbanyak aktivitas ibadah.
Sebagai seorang muslimah, penulis bisa memhami bahwa musibah semacam corona ini datangnya tidak lain dari Allah SWT. Allah sebagai tuhan menguji hambanya dengan sedikit musibah untuk menguji bagaimana hamba-Nya menerapkan sikap sabar dan berserah diri. Momentum adanya wabah ini menjadi penting bagi penulis untuk mendekatkan diri kepada tuhan dan menanamkan sikap penghambaan kepada-Nya. Sakir dan sehat ada pada kuasa Allah SWT.
Bapak penulis menasehati bahwa dengan banyak belajar berserah diri kepada Allah selama adanya musibah ini akan membuat hati lebih tenang. Ketenangan hati atau psikis ini bisa berdampak positif bagi kesehatan fisik.
PENUTUP
Jadi beberapa hari terakhir dan mungkin beberapa bulan yang akan datang berpotensi menjadi hari-hari yang berat bagi penulis meupun seluruh manusia yang ada di dunia. Sulit diprediksi kapan penularan bisa dihentikan atau misalnya kapan vaksin dari virus corona bisa ditemukan. Namun menjaga kebugaran jasmani dan rohani atau psikis sebagaimana yang penulis bahas di atas bisa menjadi ikhtiar kita untuk tetap sehat.
*Tulisan ini semula tugas kuliah penulis, dikirim ke media guna publikasi lebih luas.