Penulis: Drs. H. Mustofa Alchamdani, MSI
Terjadi sebuah dialog imajiner antara buruh tani, pedagang kaki lima, seorang pengangguran, seorang kopral, dan seorang santri ndeso, di sebuah gubuk pinggir sawah.
Buruh tani membuka pembicaraan, “kang ayo kita dialog kecil-kecilan, bagaimana? Setuju?”
“Setujuuu…” Semua dengan lantang menjawabnya,
Dimulai sang kopral usul: “enaknya bahas ni’mat yang paling berharga”,
Pedagang kaki lima merespon usulan sang kopral, “menurut kang kopral ni’mat apa yang paling berharga?”
Sang kopral mejawab “Ni’mat terbesar adalah menjadi seorang jendral”.
Buruh tani membantah: “Tidak bisa. Ni’mat yang paling berharga kalau punya sawah banyak dan luas, juga tanah dimana-mana.”
Pedagang kaki lima mengangkat tangan, “TIDAK BISA! Ni’mat paling berharga adalah jadi pengusaha sukses dan punya toko yang banyak”.
Sang penganggur bilang “Itu semua salah, yang benar orang hidup itu yang penting bisa menikmati apapun sesuai kehendak kita.”
“Contohnya apa kang?” Tanya santri desa.
“Ya mabuk, main perempuan, menindas yang lemah, makan makanan yang lezat pokoknya menimbulkan kelezatan.”
Sambil menundukkan kepala santri desa tersebut bergumam. “Buruh tani dan pedagang kaki lima terpengaruh faham materialis, si pengangguran terpengaruh faham hedonis, si kopral menjadi gila jabatan, tidak peduli jalan apapun pasti ditempuh yang penting bisa jadi orang yang tinggi jabatannya”.
Tanpa dikomando buruh tani, pedagang kaki lima, pengangguran, dan sang kopral berkata. “Menurut kang santri bagaimana?”
Dengan sangat hati-hati santri berkata:
“Sawah, tanah banyak dan luas, pengusaha punya pabrik toko, menjadi seorang jendral itu bagus sebagai cita-cita dan ni’mat. Tapi kalau Panjang angan-angan dan pokoknya dapat kenikmatan meski melanggar agama itu perlu diluruskan”.
Allah SWT sang maha pencipta yang telah menciptakan kita berfirman dalam QS. Al-Ma’idah ayat 3:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا ۚ
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Ayat ini turun tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10 hijriyyah pad hari jum’at sore setelah ashar, 81 hari sebelum Nabi wafat. Menurut ayat diatas ni’mat yang sangat berharga bagi kita adalah iman dan islam, karena Allah sudah menyepurnakan ni’mat-Nya dan ridho islam sebagai agama kita.
Sebuah Riwayat menceritakan bahwa Umar bin Khottob menagis mendengar ayat ini, kemudian nabi Muhammad bertanya pada Umar, “kenapa kamu menangis?”
Umar menjawab “Suatu yang sudah sempurna tidak ada lagi yang ditunggu lagi kecuali kurangnya”.
Kemudian nabi Muhammad membenarkan.
Dan ada lagi kang, firman Alloh SWT QS. Al-An’am :115
وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًا وَعَدْلًا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِهِ ۚ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Maksudnya Al-Qur’an sudah merupakan kitab suci yang sempurna, berisi kebenaran dan keadilan dari sang pencipta alam semesta yang maha mendengar dan maha mengetahui.
“Terus apalagi?” kata buruh tani,
Kang santri meneruskan kata-katanya: “Sebaiknya kita semua sungguh-sungguh dalam berdo’a pada sang maha kuasa semoga ditunjukkan ke jalan yang lurus dan diridhoi-Nya seperti orang-orang yang diberi ni’mat kepada mereka “.
Alloh SWT berfirman dalam QS. Al-Fatihah : 6-7
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ . صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّين
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”.
Dari ayat tersebut, diketahui bahwa hidayah itu ada 4: hidayah naluri (ghorizah), hidayah panca indra, pikiran, dan agama. Yang akal fikiran ada kadar kesanggupan, benih agama dan akidah tauhid pada jiwa manusia, dan keyakinan adanya sang pencipta.
Hidayah agama adalah pokok-pokok agama yang dibawa Rasulullah dan yang dimohonkan seperti ma’unah (pertolongan) Alloh serta taufiq (bimbingan) Alloh SWT.
Sang pedagang kaki lima berkata:
“Berarti ni’mat yang paling berharga adalah iman dan islam yang harus dijaga dan ditingkatkan, kita harus ikhtiar dan berdo’a, tawakkal pada Alloh dan berpedoman atau berpegang teguh pada Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia, karena dengan hal tersebut kita akan menggapai kebahagiaan dunia sampai akhirat”.
Sang santri ndeso menjawab: “Ya kang betul”.
Kemudian semua berjabat tangan dan pulang ke rumah masing-masing dengan lega dan gembira.